Tensi Perang Dunia III Mereda, Harga Tembaga Stagnan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 February 2022 12:20
FILE PHOTO: Trucks are parked at the open-pit mine of PT Freeport's Grasberg copper and gold mine complex near Timika, in the eastern region of Papua, Indonesia on September 19, 2015 in this file photo taken by Antara Foto.   REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara FotoATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS MANDATORY CREDIT. INDONESIA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN INDONESIA./File Photo
Foto: Truk diparkir di tambang terbuka kompleks tambang tembaga dan emas Grasberg PT Freeport dekat Timika, di wilayah timur Papua, Indonesia (19/9/2015). (REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia cenderung stabil pada perdagangan jelang siang hari ini di tengah meredanya ketegangan Rusia dan Ukraina.

Pada Selasa (16/2/2022) pukul 11.15 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.971/ton, naik tipis 0,03% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Militer Rusia dikabarkan sudah kembali ke barak mendinginkan tensi Rusia-Ukraina yang sempat memanas. Hal ini jadi sentimen positif bagi tembaga sebagai logam acuan pertumbuhan ekonomi global.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara serta prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, kemarin.

Putin mengatakan, Rusia "tentu saja" tidak menginginkan perang. Menurut dia, Rusia siap mencari solusi dengan Barat.

"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin seperti dilansir AFP, Rabu (16/2/2022).

Hal ini mengimbangi tekanan dari ekspektasi kenaikan suku bunga agresif oleh The Federal Reserves (The Fed) yang berpotensi mendongkrak dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks dolar AS yang naik jadi sentimen negatif terhadap laju tembaga. Sebab tembaga yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal dibandingkan dengan mata uang lainnya. Permintaan akan susut, maka harga akan turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular