
Lagi-lagi India jadi Super Hero Buat Saham-saham CPO RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten produsen minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) beramai-ramai melonjak seiring aksi borong investor hingga sesi I perdagangan Senin (14/2/2022).
Lonjakan saham CPO turut didorong oleh kenaikan harga CPO seiring India resmi menurunkan pajak impor CPO untuk mengakomodasi perusahaan penyulingan CPO dan konsumen domestik.
Berikut saham-saham CPO yang menguat hingga penutupan sesi I hari ini (14/2).
Gozco Plantations (GZCO), naik +15,00%, ke Rp 138/unit
Eagle High Plantations (BWPT), +8,86%, ke Rp 86/unit
Cisadane Sawit Raya (CSRA), +8,33%, ke Rp 650/unit
Dharma Satya Nusantara (DSNG), +4,31%, ke Rp 605/unit
Triputra Agro Persada (TAPG), +3,82%, ke Rp 680/unit
Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), +2,46%, ke Rp 125/unit
Salim Ivomas Pratama (SIMP), +1,01%, ke Rp 482/unit
Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), +1,01%, ke Rp 1.005/unit
Tunas Baru Lampung (TBLA), +0,64%, ke Rp 790/unit
Astra Agro Lestari (AALI), +0,25%, ke Rp 10.100/unit
Saham GZCO memimpin dengan kenaikan 15,00% ke Rp 138/unit., setelah sempat terbenam di Rp 112/unit pagi tadi.
Saham GZCO sedang menikmati pekan yang luar biasa. Dalam seminggu saham ini sudah terbang 105,97%.
Di posisi kedua, saham BWPT melesat 8,86% ke Rp 86/unit, melanjutkan kenaikan dalam 2 hari belakangan.
Dalam sepekan, saham emiten milik Grup Rajawali dan BUMN Malaysia Felda ini sudah melambung 21,13%.
Tidak hanya GZCO-BWPT, saham CSRA dan DSNG juga masing-masing menguat 8,33% dan 4,31%.
Menurut data Refinitiv, pukul 11.26 WIB, harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia naik 1,18% ke MYR 5.639/ton, tertinggi sepanjang masa.
Harga CPO melampaui posisi pada 28 Januari 2022 ketika ditutup di MYR 5.628/ton.
Sejak awal tahun (ytd), harga CPO sudah melesat 20,05%.
Melansir Reuters, Senin (14/2), India resmi menurunkan pajak impor CPO menjadi 5% dari 7,5%.
Hal tersebut terjadi seiring negara importir minyak nabati terbesar di dunia tersebut mencoba untuk mengendalikan harga komoditas lokal dan membantu perusahaan penyulingan sawit dan konsumen domestik.
Menurut pejabat industri tersebut, pengurangan pajak, yang dikenal sebagai Agriculture Infrastructure and Development Cess (AIDC), akan memperlebar kesenjangan antara CPO dan bea masuk minyak sawit olahan.
Dengan demikian, hal tersebut secara efektif membuat perusahaan penyulingan CPO India mengimpor CPO dengan harga yang lebih murah.
Aturan relaksasi pajak itu sendiri efek diberlakukan sejak Minggu kemarin.
"Setelah penurunan [pajak] AIDC, perbedaan pajak impor antara CPO dan minyak sawit olahan akan melebar menjadi 8,25%," kata B.V. Mehta, Direktur Eksekutif di Solvent Extractors' Association of India (SEA) yang berbasis di Mumbai.
"Ini akan membantu perusahaan penyulingan India, tetapi pemerintah perlu meningkatkan selisihnya lebih jauh menjadi 11% untuk mendorong penyulingan lokal."
Dalam keterangan terpisah, pemerintah Negeri Bollywood juga mengatakan akan memperpanjang pengurangan bea masuk dasar secara terpisah untuk minyak nabati hingga 30 September mendatang. Pengurangan pajak tersebut akan berakhir pada 31 Maret 2022.
Asal tahu saja, mengacu pada catatan Reuters, India mengimpor lebih dari dua pertiga kebutuhan minyak nabatinya dan sedang berusaha menahan kenaikan harga minyak lokal selama beberapa bulan terakhir.
Selama ini, India mengimpor minyak sawit terutama dari produsen utama, seperti Indonesia dan Malaysia. Sementara minyak lainnya, seperti kedelai dan bunga matahari, diimpor dari Argentina, Brasil, Ukraina, dan Rusia.
Menurut penjelasan Kepala Eksekutif perusahaan pialang minyak nabati, Sunvin Group Sandeep Bajoria, impor minyak sawit olahan menyumbang hampir setengah dari total impor minyak sawit India dalam beberapa bulan terakhir.
"Porsi minyak sawit olahan bisa turun hingga 20% dengan revisi struktur pajak," kata Bajoria kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngenes! CPO Babak Belur Pekan Ini