
Perang Dunia 3 Pecah Dalam Hitungan Hari, Harga Emas Terbang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) Jumat mengungkapkan jika Rusia bisa memulai serangan ke Ukraina dalam hitungan hari. Alhasil pasar finansial bergejolak, permintaan akan aset aman (safe have) seperti emas pun meningkat, dan harganya terbang!
Melansir data dari Investing, harga emas dunia kemarin melesat hingga 1,75% ke US$ 1.858/troy ons dan mencapai level tertinggi sejak 18 November lalu. Dalam sepekan, logam mulia ini meroket lebih dari 2,8%.
Kemarin, Jake Sullivan, penasehat keamanan nasional Gedung Putih mengatakan Rusia kemungkinan akan menyerang Ukraina dalam hitungan hari. Ia juga menyarankan warga Amerika Serikat yang berada di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut.
"Warga Amerika yang berada di Ukraina harus meninggalkan negara tersebut secepatnya, dalam kondisi apapun dalam tempo 24 hingga 48 jam ke depan," kata Sullivan sebagaimana dilansir Kitco.
Ia juga mengatakan ada berbagai kemungkinan serangan militer yang akan dilakukan Rusia, dan bisa jadi akan dimulai dari serangan udara.
"Saya tidak bisa memprediksi dengan pasti seperti apa serangan militer yang akan dilakukan. Seperti saya sebutkan sebelumnya, kemungkinan serangan yang terbatas, atau bisa jadi lebih ekspansif, tetapi kemungkinan besar akan melibatkan perebutan sejumlah wilayah di Ukraina, kota-kota besar, termasuk juga ibu kota," tambah Sulivan.
Edward Moya, analis pasar senior di OANDA mengatakan jika serangan militer dilakukan harga emas berpeluang kembali ke US$ 1.900/troy ons.
"Harga emas melesat setelah Amerika Serikat yakin Presiden Vladimir Putin akan menginvasi Ukraina dan sudah mengatakan hal tersebut kepada militer Rusia. Jika benar serangan militer terjadi harga emas akan melesat ke US$ 1.900/troy ons," kata Moya.
Sebelum melesat Jumat lalu, harga emas dunia sudah terus merangkak naik, sebab inflasi di Amerika Serikat terus meninggi. Secara tradisional emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sehingga permintaannya meningkat.
Departemen Tenaga Kerja AS Kamis lalu melaporkan inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tumbuh 7,5% year-on-year (yoy) di bulan Januari, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7% (yoy) juga ekspektasi Reuters sebesar 7,3% (yoy). Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Februari 1982.
Tingginya inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini. Hal tersebut membuat laju penguatan emas dunia menjadi terhambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bosan Turun, Harga Emas Naik Lagi Pagi Ini
