
Inflasi AS Tinggi, Perak Malah Dilego

Jakarta, CNBC Indonesia - Perak dunia bergerak melemah setelah rilis inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga.
Pada Jumat (11/2/2022) pukul 07:00 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 23,16/ons, turun 0,1% dibandingkan posisi kemarin.
Inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen melonjak 7,5% year-on-year (yoy), melampaui ekspektasi kenaikan 7,3%. Ini merupakan inflasi tercepat sejak 1982.
Biasanya perak akan diburu saat inflasi melonjak tinggi karena sifatnya sebagai aset lindung nilai. Namun kali ini ceritanya berbeda karena inflasi yang semakin panas akan meningkatkan peluang kenaikan suku bunga acuan.
Suku bunga adalah salah satu 'musuh' utama perak, ketika suku bunga di AS naik maka daya tarik perak sebagai aset tanpa imbal hasil akan menurun. Saat permintaan menurun, harga pun akan mengikuti.
Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga melonjak tinggi. Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan 50 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 92,8%.
Di sisi lain indeks dolar AS menguat 0,17% menjadi 96,66 menambah beban perak. Sebab perak yang dibanderol dengan dolar AS menjadi lebih mahal ketimbang mata uang lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?