
Berkat Harga Nikel & Asing Borong, ANTM-INCO-TINS Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak tiga saham emiten nikel utama ditutup melesat pada perdagangan hari ini, Kamis (10/2/2022). Investor memburu saham-saham tersebut seiring harga komoditas nikel dalam tren kenaikan sejak awal tahun ini (ytd).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut kinerja 3 saham nikel hari ini (10/2).
Aneka Tambang (ANTM), naik +5,62%, ke Rp 1.880/unit. Nilai transaksi Rp 475 M
Vale Indonesia (INCO), +3,00%, ke Rp 4.800/unit. Nilai transaksi Rp 68 M
Timah (TINS), +2,17%, ke Rp 1.415/unit. Nilai transaksi Rp 30 M
Saham BUMN ANTM memimpin daftar dengan melejit 5,62%, seiring masuknya investor asing dengan nilai transaksi Rp 70,62 miliar di pasar reguler.
Dengan ini, saham ANTM sukses rebound dari koreksi dalam dua hari terakhir. Dalam sepekan, saham ANTM tercatat naik 2,17%.
Kedua, saham INCO pun menguat 3,00% ke Rp 4.800/unit. Sama seperti ANTM, asing juga masuk ke INCO dengan nilai beli bersih Rp 20,11 miliar.
Dalam seminggu, saham INCO terkerek naik 2,13%.
Asing juga mencatatkan beli bersih di emiten pelat merah lainnya, TINS, dengan nilai Rp 6,63 miliar di pasar reguler. Hari ini, saham TINS pun terapresiasi 2,17%.
Saham TINS menguat 1,07% dalam seminggu belakangan.
Harga nikel dunia terpantau menguat pada perdagangan siang ini terdorong oleh pasokan yang menyusut. Di sisi lain permintaan dari energi hijau diperkirakan akan bertumbuh pesat tahun ini.
Pada Kamis (10/2/2022) pukul 14.03 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 23.365/ton, naik 0,77% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.
Sejak awal tahun, harga nikel sudah melesat 12,56%.
Persediaan nikel dunia semakin langka. Pada 9 Februari persediaan nikel di gudang bursa logam London (LME) tercatat 85.644 ton. Jumlah ini turun 67,6% dibandingkan dengan stok tertinggi tahun lalu sebesar 264.606 ton pada bulan April 2021.
Di sisi lain, permintaan nikel untuk memenuhi kebutuhan transisi energi diperkirakan akan bertumbuh pada tahun ini.
"Pada tahun 2022, pasar energi baru akan mempertahankan tingkat pertumbuhan (konsumsi nikel) yang tinggi, dan persediaan akan turun ke tingkat yang rendah," melansir riset SMM.
Analis Wood Mackenzie Andrew Mitchell memperkirakan konsumsi nikel untuk baterai terus meningkat menjadi 13% dari total demand nikel dunia. Jumlah ini meningkat dari 11% pada tahun 2021.
Sementara, konsumsi nikel untuk baja anti karat (stainless steel) diperkirakan akan menyumbang 67% pada tahun 2022. Jumlah ini turun dari 69% pada tahun 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Nikel Rekor, Saham Produsennya to The Moon