Analisis

Ga Salah Berburu Saham Bank, Dividennya Aduhai!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 February 2022 13:45
kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian
Foto: kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ciamik para emiten bank besar sepanjang 2021 turut membuat investor, termasuk asing, berbondong-bondong memborong saham tersebut. Ekspektasi peningkatan dividen akibat pertumbuhan laba bersih bank yang signifikan tampaknya ikut menjadi alasan aksi borong investor.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan sesi I Rabu (9/2/2022), empat saham BUMN dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA kompak menghijau.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,13% ke Rp 4.490/unit. Ini adalah kali kelima secara beruntun BBRI berada di zona hijau. Hingga siang ini, investor asing memborong saham BBRI dengan nilai beli bersih Rp 142,0 miliar di pasar reguler, terbesar kedua di bursa di bawah BBCA (Rp 214,20 miliar).

Kemudian, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,33%, dengan beli bersih asing Rp 100,56 miliar.

Saham BBCA dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga sama-sama menguat 2,27% dan 0,98%. Kemudian, BUMN lainnya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga terapresiasi 2,00%.

Sejak awal tahun, kinerja kelimanya pun positif, seiring masuknya dana asing ke saham tersebut. (Lihat tabel 1 di bawah ini).

Tabel 1. Kinerja Saham Bank Besar Sejak Awal Tahun (Year to date/Ytd)

Kode Saham

Harga (Rp)

% Ytd

Net Buy Asing Ytd (Rp)

BBNI

7600

12.59

1.39 T

BMRI

7700

9.61

964.43 M

BBRI

4490

9.25

3.34 T

BBCA

7900

8.22

2.92 T

BBTN

1785

3.18

28.05 M

Sumber: BEI | Per Rabu (9/2) sesi I

Aksi borong investor tersebut terjadi seiring pengumuman rapor keuangan masing-masing bank kakap sepanjang 2021 yang fantastis.

Sepanjang tahun lalu, kinerja empat bank BUMN plus bank milik Grup Djarum BCA terbilang moncer di tengah perekonomian sedang berusaha pulih dari dampak pagebluk Covid-19. (Lihat tabel 2 di bawah ini).

Tabel 2. Rapor Kinerja Keuangan Bank Besar sejak 2018

Nama Bank

Laba Bersih 2021

Laba Bersih 2020

Laba Bersih 2019

Laba Bersih 2018

BRI

Rp 32.21 T

Rp 18.35 T

Rp 34.03 T

Rp 31.70 T

BCA

Rp 31.41 T

Rp 26.28 T

Rp 27.26 T

Rp 24.70 T

Bank Mandiri

Rp 25.41 T

Rp 14.15 T

Rp 25.45 T

Rp 24.08 T

BNI

Rp 10.68 T

Rp 2.75 T

Rp 14.61 T

Rp 14.46 T

BTN

Rp 2.37 T

Rp 1.60 T

Rp 209.26 M

Rp 2.81 T

Sumber: Laporan keuangan di BEI | *Laba bersih bank only

Secara total, laba bersih empat bank pelat merah mencapai Rp 70,67 triliun, sedangkan apabila dikombinasikan dengan laba BBCA nilainya mencapai Rp 102,37 triliun.

Adapun secara rinci, laba bersih konsolidasian BCA dan BRI menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya, tercatat masing-masing mencapai Rp 31,42 triliun dan Rp 32,21 triliun hingga akhir 2021. Laba BCA naik 15,9% secara tahunan (yoy), sedangkan laba BBRI melesat 66,53% secara yoy.

Sementara, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencetak pertumbuhan laba bersih paling besar, yakni hingga 232,32% yoy menjadi Rp 10,89 triliun.

Dengan perolehan laba yang jumbo tersebut, diharapkan angka dividen ikut terkerek naik.

Setidaknya sejak 2018, 4 dari 5 bank di atas tercatat tidak pernah absen menebar dividen tunai. Hanya,BBTN yang pada 2020 sempat memutuskan untuk membagikan dividen tunainya. (Lihat tabel 3 di bawah ini).

Tabel 3. Data Pembagian Dividen Bank Besar sejak 2018

Emiten Bank

Rasio Pembayaran Dividen (DPR) 2020

Dividen/Saham 2020

DPR 2019

Dividen/Saham 2019

DPR 2018

Dividen/Saham 2018

BCA

48.18%

Rp 530

47.84%

Rp 555

32.23%

Rp 340

BRI

65.50%

Rp 98.90

60.29%

Rp 168.11

50.45%

Rp 132.17

Bank Mandiri

60.02%

Rp 220.27

59.99%

Rp 353.31

45%

Rp 241

BNI

25.01%

Rp 44.02

25.00%

Rp 206.24

25.00%

Rp 201.28

BTN

-

-

9.88%

Rp 1.98

19.94%

Rp 53.03

Sumber: RTI, Website Emiten, BEI

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPR) pun tergolong tinggi, dengan BRI konsisten di atas angka 50%. Tahun 2020, BRI menebar dividen Rp 98,90/saham dengan angka DPR 65,60%, tertinggi di antara yang lainnya.

Investor saham BBRI pun bisa semringah tahun ini. Ini karena, sebagaimana diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya (1/9/2021), Direktur Utama BRI Sunarso berjanji akan menjaga DPR tidak lebih rendah dari 50% seiring adanya pertumbuhan setelah terbentuknya Holding Ultra Mikro.

Angka besaran dividen tunai 2021 para bank tersebut memang belum dipastikan. Namun, untuk memberi gambaran kasar, dengan asumsi rerata rasio dividen katakanlah di angka 50%, maka keempat bank BUMN tersebut berpotensi menebar dividen Rp 36 triliun.

Apabila memasukkan rerata porsi kepemilikan pemerintah sekitar 56%, maka sisa dividen yang bisa diraup investor sekitar Rp 15,8 triliun.

Belum lagi dividen dari BBCA, yang apabila dengan asumsi angka DPR 50%, maka investor publik berkesempatan mendapatkan 'cuan' dividen dari kelima bank tersebut hingga sekitar Rp 31,5 triliun.

Rating Overweight untuk Perbankan RI

Sejumlah analis sendiri masih menjagokan saham perbankan untuk tahun ini.

Sektor perbankan diyakini masih berpotensi tumbuh dan memberikan imbal hasil yang baik seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit di tahun depan di tengah proses pemulihan ekonomi RI.

Kendati memang, kebijakan pengetatan mobilitas oleh pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid-19 bisa menjadi penghambat pemulihan ini.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit 2022 mencapai 6-8%. Proyeksi tersebut sesuai dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang terus berlanjut.

Sementara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis penyaluran kredit perbankan akan tumbuh 7,5% secara yoy di 2022.

Asal tahu saja, pada 2021, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 5,2% secara yoy.

Adapun proyeksi dari analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam papernya yang terbit pada Rabu (9/2/2022), pertumbuhan kredit bank diprediksi hingga 10,2% pada tahun ini.

Menurut amatan Mirae, secara keseluruhan keempat bank (BBRI, BBNI, BMRI, dan BBCA) dalam posisi yang tepat untuk menangkap potensi kenaikan permintaan kedit pada tahun 2022.

"Tingkat LDR [loan to deposit ratio] mereka di bawah standar yang seharusnya memberi mereka likuiditas yang cukup di tengah potensi kenaikan suku bunga BI. Dengan demikian, kami percaya kenaikan suku bunga akan memiliki dampak yang stabil hingga positif terhadap profitabilitas bank," jelas analis Mirae, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (9/2).

Sementara, soal kualitas aset, Mirae percaya rasio kredit bermasalah (NPL) akan terus menurun mengingat situasi ekonomi yang membaik. "Namun, tingkat pemulihan bervariasi antar sektor dan setiap peminjam," imbuh Mirae.

Berkaca dari hal tersebut, Mirae memberikan peringkas atawa rating overweight untuk sektor perbankan RI tahun ini.

Mirip dengan Mirae, sebelumnya, NH Korindo Sekuritas dalam Market Outlook 2022 juga memberikan rating yang sama untuk sektor perbankan RI. Saham-saham andalannya pun sama, yakni BBNI, BMRI, BBCA, dan BBRI.

Rating overwight pada suatu sektor saham biasanya berarti bahwa analis saham percaya bahwa harga saham perusahaan berpotensi berkinerja lebih baik di masa depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Raksasa Diborong, IHSG Tembus & Kuat di 6.200

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular