Faisal Basri Sebut Batu Bara Bikin Cuan, Ini Laba 6 Emitennya

Putra, CNBC Indonesia
09 February 2022 12:10
Hadapi Omicron Cs, Faisal Basri: Kebijakan Jangan Cepat Berubah! (CNBC Indonesia TV)
Foto: Hadapi Omicron Cs, Faisal Basri: Kebijakan Jangan Cepat Berubah! (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior Faisal Basri kembali menjadi sorotan. Pernyataannya yang menyinggung bisnis batu bara sebagai bisnis dengan cuan yang tak pernah mati menjadi perbincangan di berbagai kalangan.

Pandangan Faisal Basri tersebut dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang dimuat di blog pribadinya dengan judul "Oligarki Batu Bara Kian Mencengkeram dan Untouchable" pada 7 Februari 2022.

"Kenikmatan berbisnis batu bara tak ada habis-habisnya. Perpanjangan konsesi nyaris dalam genggaman, rente dari ekspor tak dikenakan pajak atau pungutan sehingga berpotensi melanggar UUD 1945. Bisa dapat fasilitas royalti nol persen juga jika menyulapnya menjadi DME (dimethyl ether) yang digadang-gadang sebagai pengganti LPG (Liquefied Petroleum Gas). Persyaratan lingkungan diperingan, sanksi pidana diubah jadi sanksi perdata, dan lebih mudah merambah kawasan hutan," paparnya dalam blog pribadinya tersebut, dikutip Selasa (08/02/2022).

Terlepas dari pro-kontra yang ada, sebenarnya seberapa cuan sih berbisnis batu bara?

Untuk diketahui batu bara merupakan komoditas yang harganya berfluktuasi. Banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari dinamika supply and demand, aksi spekulasi di pasar hingga permasalahan geopolitik.

Para pengusaha yang bergerak di bidang produksi dan jual beli batu bara akan cenderung diuntungkan ketika harganya naik seperti sekarang ini.

Harga batu bara termal Newcastle acuan bahkan sempat tembus all time high di atas US$ 260/ton akibat kenaikan permintaan China di tengah pasokan gas yang langka.

Banyak pembangkit listrik yang harus kembali ke batu bara karena lebih murah saat harga gas melambung tinggi. Namun peralihan tersebut juga membawa konsekuensi lain yakni naiknya harga batu bara.

Kenaikan harga batu bara internasional akan menguntungkan produsen yang berorientasi ekspor. Inilah mengapa menjual batu bara ke negara lain lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjual ke dalam negeri (utamanya ke PLN) karena harganya sudah dipatok.

Berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, beberapa emiten batu bara yang punya portofolio ekspor cukup besar dengan saham yang berkapitalisasi pasar besar serta cenderung likuid ditransaksikan, kenaikan harga batu bara berdampak pada peningkatan pendapatan.

Sebagai contoh pendapatan enam perusahaan tambang batu bara terbesar di dalam negeri yakni ADRO, BYAN, HRUM, INDY, ITMG dan PTBA secara total membukukan pendapatan kumulatif sebesar Rp 133,8 triliun sepanjang Januari-September 2021.

Pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut meningkat 41% secara year-on-year (yoy). Salah satu faktor pemicunya jelas kenaikan harga komoditas yang tercermin dari kenaikan harga jualnya (average selling price/ASP).

Sementara itu dari sisi laba, kenaikan laba bersih emiten tambang batu bara tersebut meningkat sampai 342% yoy di kuartal III-2021.

Berikut rincian kinerja emiten batu bara domestik sepanjang 9 bulan pertama tahun 2021 :

Emiten

Pendapatan (Rp triliun)

9M20

9M21

%

9M20

9M21

%

ADRO

29.2

36.8

26%

1.6

6

275%

BYAN

15

25

67%

1.6

9.3

481%

HRUM

2

2.9

45%

0.38

0.54

42%

INDY

23

30.8

34%

-0.78

-0.085

89%

ITMG

13

18.9

45%

1.8

7.3

306%

PTBA

12.8

19.4

52%

1.7

4.8

182%

Total

95

133.8

41%

6.3

27.9

342%

Net Profit Margin (NPM) keenam perusahaan tersebut pun naik tajam dari sebesar 6,6% tahun 2020 menjadi 20,8% per September tahun lalu.

Ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan tidak hanya ditopang oleh top line saja tetapi juga dari sisi efisiensi usaha. Kalau dilihat dari labanya memang tergolong jumbo.

Namun ingat sekali lagi, bisnis komoditas itu siklikal. Jadi tak bisa selalu untung. Apalagi mereka yang hanya menjual bahan mentah (raw material) juga sangat tergantung pada volatilitas harganya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular