Net Buy Bertahan, Masih Ada Harapan IHSG Balik Arah
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi I Selasa (8/2/2022) dengan koreksi sebesar 0,14% di level 6.795,47.
Transaksi hari ini cukup ramai yang tercermin dari nilai turnover yang mencapai Rp 7,95 triliun. Lagi-lagi bursa saham domestik kebanjiran inflow dana asing.
Data perdagangan mencatat asing net buy jumbo sebesar Rp 590 miliar di pasar reguler setelah kemarin membukukan beli bersih sampai Rp 2 triliun.
Indeks sempat menyentuh level all time high intraday di 6.860,75 sebelum akhirnya balik arah dan sempat menyentuh level terendahnya di 6.780,42 hari ini.
Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini datang dari dalam negeri. PPKM di wilayah DKI Jakarta diketatkan menjadi level III dikarenakan kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Kemudian Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) RI di level US$ 141,3 miliar pada Januari 2022 atau turun US$ 3,6 miliar dari posisi akhir Desember 2021 di US$ 144,9 miliar.
Penurunan cadev menurut BI dipengaruhi oleh dua hal. Pertama adalah untuk kebutuhan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah dan turunnya penempatan valas perbankan di BI.
Di sisi lain pasar sudah cukup dimanjakan dengan euforia kemarin hingga membuat IHSG ditutup melesat lebih dari 1% dan indeks mengakhiri perdagangan di level penutupan all time high-nya 6.804,94 sehingga wajar jika terjadi retrace.
Selain itu pasar saham AS juga kembali melemah semalam. Indeks S&P 500 terkoreksi 0,37% dan Nasdaq Composite amble 0,58%.
Setelah melemah di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG di sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks cenderung bergerak turun menuju level supportnya.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung turun setelah sempat berada di area overbought. Terakhir RSI berada di level 64,64.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 berada di atas EMA 26, namun terbentuk pola konvergen (menyempit).
Bar histogram MACD juga cenderung turun sehingga membuka peluang IHSG untuk lanjut terkoreksi di sesi II. Setidaknya indeks akan menguji level support terdekat di 6.740,5 untuk sesi II nanti.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)