IHSG Cetak Rekor, Saham 'The Band of Seven' Jadi Pahlawan!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 February 2022 08:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah tiga kali memecahkan rekor tertinggi alias all time high (ATH) harian. Lesatan IHSG sejak awal tahun ini ditopang oleh kinerja positif saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (7/2), Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 1,09% ke level 6.804,94.

Sebelumnya, sudah dua kali IHSG menembus rekor ATH harian pada awal 2022, yakni pada 4 Februari 2022 (di level 6.731,39) dan 21 Januari 2022 (di 6.726,37).

Alhasil, sejak awal tahun atau year to date (ytd), kinerja IHSG sudah menguat 3,40%.

Dana asing pun terus masuk ke pasar saham RI, dengan nilai beli bersih Rp 11,28 triliun di pasar reguler secara ytd.

Sementara, indeks saham unggulan LQ45 juga naik 2,26% secara ytd ke 964,61.

Berikut ini 7 besar saham big cap yang turut menjadi penggerak atawa movers IHSG sejak awal tahun ini.

7 Besar Saham Raksasa Penggerak IHSG (Ytd)

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

Persentase Ytd (%)

Market Cap (Rp)

BYAN

38,100

41.11

127.00 T

TPIA

9,975

36.18

215.74 T

BBNI

7,375

9.26

137.53 T

BBRI

4,400

7.06

666.86 T

BBCA

7,800

6.85

961.55 T

BMRI

7,500

6.76

350.00 T

TLKM

4,290

6.19

424.98 T

Sumber: BEI | Harga terakhir per 7 Februari 2022

Apabila menilik data di atas, the big four perbankan tetap mendominasi, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Sisanya, ada saham emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN), raksasa petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan BUMN telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Asal tahu saja, ketujuh saham tersebut masuk ke dalam 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terjumbo di bursa.

Saham BYAN menjadi yang paling ciamik, dengan melonjak 41,11% ke Rp 38.100/unit. Seiring dengan lesatan harga sahamnya, market cap BYAN pun melejit dan menembus 10 besar menjadi Rp 127,00 triliun, per penutupan Senin kemarin (7/2)

Melejitnya saham BYAN tak lepas dari membaranya harga batu bara.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 216/ton. Melesat 4,55% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Adapun secara ytd, harga di batu hitam sudah melambung 42,33%.

Di posisi kedua, ada saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu TPIA yang melesat 36,18% ke Rp 9.975/unit. Ini tidak bisa dilepaskan dari reli saham TPIA selama 14 hari beruntun atau sejak 18 Januari 2022.

Praktis, market cap TPIA pun membengkak menjadi Rp 215,74 triliun, berada di posisi 7 besar. Angka kapitalisasi pasar saham TPIA bertambah 30,74 triliun dibandingkan posisi 28 Januari 2022.

Kenaikan saham TPIA didorong oleh masuknya asing sebesar Rp 28,94 miliar di pasar reguler sejak awal tahun.

Kabar teranyar, pada 3 Januari 2022, TPIA dan BBRI melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama (PKS) senilai total US$ 325 juta, yang terdiri atas fasilitas pembiayaan berskema term loan senilai US$ 75 juta beserta fasilitas-fasilitas Non-Cash Loan USD 175 juta, dan Forex Line sejumlah US$ 75 juta.

Direktur Keuangan & Chief Financial Officer Chandra Asri, Andre Khor, menegaskan bahwa penandatanganan antara BRI dan Chandra Asri ini merupakan awal kemitraan bagi kedua belah pihak untuk dapat melanjutkan realisasi rencana pembangunan kompleks petrokimia kedua Perusahaan yang berskala global.

"Kami optimistis kerja sama ini akan memperkuat posisi Chandra Asri sebagai Obyek Vital Nasional yang strategis. Hal ini menjadi langkah penting yang dapat membantu upaya Indonesia dalam penghematan devisa yang signifikan, mempercepat pertumbuhan, serta industrialisasi petrokimia lebih lanjut," ujar Andre, dalam keterbukaan informasi, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/2).

Tidak ketinggalan, saham 4 besar emiten bank raksasa RI juga tak kalah moncer. Saham BBNI melesat 9,26% secara ytd, BBRI 7,06%, kemudian BBCA dan BMRI masing-masing terkerek 6,85% dan 6,76%.

Sebagaimana diketahui, saham BBCA dan BBRI merupakan peringkat pertama dan kedua market cap terjumbo. Sementara, BMRI dan BBNI berada masing-masing di posisi 4 dan 9.

Kenaikan keempatnya, salah satunya, ditopang oleh kinerja yang ciamik sepanjang 2021.

BNI, misalnya mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara bank only tertinggi sepanjang 2021, yakni sebesar 288,36% menjadi Rp 10,68 triliun. Pada 2020, laba bersih individual BNI tercatat sebesar Rp 2,75 triliun.

Secara konsolidasian, BNI membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasian senilai Rp 10,89 triliun sepanjang tahun 2021.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, Rabu (26/1/2022), perolehan laba bersih tersebut naik signifikan dari periode yang sama di tahun 2020 senilai Rp 3,28 triliun.

Contoh lainnya, BRI, yang membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang tahun 2021 sebesar Rp 31,06 triliun secara konsolidasian.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, laba bersih tersebut meningkat 66,53% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai Rp 18,65 triliun.

Sedangkan, secara individual (bank only), BRI mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp 32,21 triliun per Desember 2021 dari tahun sebelumnya Rp 18,35 triliun, atau meningkat 75,53%.

Meningkatnya perolehan laba bersih perseroan sejalan dengan meningkatnya pendapatan bunga menjadi sebesar Rp 143,52 triliun pada akhir 2021 dari tahun sebelumnya Rp 135,76 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! Ini Deretan Saham 'Korban' IMF Hingga Picu IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular