IHSG Bisa Cetak Rekor Lagi? Simak Ulasan Teknikal Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,09% di level 6.804,94 pada perdagangan kemarin, Senin (7/4/2022).
Untuk diketahui, level penutupan IHSG kemarin merupakan level penutupan tertingginya di sepanjang sejarah.
Pergerakan IHSG yang konsisten di zona apresiasi juga didorong oleh adanya inflow dana asing yang masif. Data perdagangan mencatat asing net buy Rp 2,02 triliun.
Katalis positif datang dari dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal IV-2021.
Angka tersebut lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yang memperkirakan pertumbuhan PDB diproyeksikan di 4,9%.
Ekonomi Indonesia di kuartal terakhir lebih baik dari kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 3,51% yoy. Penyebabnya adalah akselerasi aktivitas ekonomi pasca pengetatan saat Indonesia dilanda gelombang kedua Covid-19 di kuartal III.
Peningkatan aktivitas manufaktur hingga kinerja perdagangan internasional yang ciamik juga menjadi faktor pendorong. Secara setahun penuh, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat naik 3,69% yoy.
IHSG bahkan tetap menguat tanpa mempedulikan bahwa pemerintah memutuskan untuk menaikkan PPKM di DKI Jakarta menjadi level III.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks memiliki kecenderungan uptrend sejak pekan terakhir Januari 2022.
Terlihat juga bahwa indeks sudah mulai keluar dari pola konsolidasi panjangnya sejak bulan November tahun lalu.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik yang menunjukkan penguatan momentum beli. Terakhir, RSI masih berada di level 64 dan belum menunjukkan adanya indikasi jenuh beli.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dan bar histogram bergerak naik ke zona positif.
Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG menguat dan kembali menembus rekor tertinggi barunya untuk hari ini.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)