
Di Balik Keunggulan BRI, Ada Kisah Kebangkitan UMKM

Sepanjang tahun 2021, BRI pun mampu memperdalam penetrasi layanan keuangan secara efisien hingga menyentuh sektor ultra mikro, memperluas jangkauan yang selama ini menjadi keunggulan komparatifnya yakni di segmen UMKM.
Harap diingat, UMKM di Indonesia merupakan soko guru perekonomian. Sebanyak 64 juta unit UMKM menyediakan lapangan pekerjaan bagi 97% tenaga kerja nasional dan menyumbang 61% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Tahun ini cerita UMKM agak berbeda. Nilai kredit yang direstrukturisasi di BRI selaku penguasa UMKM ini turun menjadi 17,3% dari total kredit, membaik jika dibandingkan dengan tahun 2020 di mana 22,8% atau seperlima lebih kredit di BRI harus direstrukturisasi.
Secara umum, kredit berisiko (loan at risk/LAR) di BRI sepanjang pandemi ini menunjukkan tren perbaikan. Setelah porsi kredit berisiko sempat melesat menjadi nyaris 30% dari total kredit (per kuartal I-2020), porsi LAR membaik menjadi 24,1% per Desember 2021.
Terkait kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), data membuktikan bahwa NPL sektor UMKM justru hanya 1,4%-4%. NPL terkecil di segmen mikro (1,49%) sementara segmen usaha kecil sebesar 4,05%. Sebaliknya korporasi menjadi penyumbang NPL terburuk, hingga 10,72%.
Di sisi lain, penyaluran kredit ultra mikro meroket 37,3% menjadi Rp 390,5 triliun berkat peningkatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), serta akuisisi atas PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian.
Akuisisi PNM dan Pegadaian, yang terwujud pada 13 September 2021, baru terlihat efeknya di 3 bulan terakhir 2021. Efek paling kasat mata pada kuartal IV-2021 adalah efisiensi, yang terlihat dari biaya pendanaan (cost of fund) ketiga lembaga keuangan tersebut yang kompak menurun.
Jika pada September 2021 biaya pendanaan BRI mencapai 2,14%, angka tersebut membaik pada Desember 2021 menjadi 2,05%. Demikian halnya dengan Pegadaian dan PNM yang masing-masing membaik dari 6,04% dan 9,02% menjadi 5,77% dan 8,54%.
Semakin kecil biaya pendanaan, berarti semakin efisien sebuah institusi keuangan menyalurkan kredit. Dalam konteks integrasi PNM, Pegadaian, dan BRI tercipta sinergi dari 58 gerai Ultra Mikro (Senyum) di Jawa dan Sumatera (September 2021) menjadi 153 gerai (Desember 2021).
Dengan demikian, 2021 menjadi tahun penuh gemblengan bagi BRI, di mana pandemi membuat layanan digital mereka kian teruji untuk menciptakan efisiensi dan membantu memperdalam penetrasi kredit BRI. Dengan pondamen yang telah dibangun itu, tidak heran perseroan tahun ini optimistis menargetkan pertumbuhan kredit antara 9-11%, dengan NIM meroket ke 7,6-7,8%.
(ags/ags)