Dolar Australia Batal ke Bawah Rp 10.000, Ini Penyebabnya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 February 2022 12:55
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melesat melawan rupiah dalam dua hari perdagangan terakhir, padaHal pada pekan lalu sudah nyaris menembus ke bawah Rp 10.000/AU$. Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengumumkan kebijakan moneter Selasa kemarin membuat nilai tukar dolar Australia menanjak.

Melansir data Refinitiv, kemarin dolar Australia melesat 0,88%, di awal pekan kenaikannya bahkan lebih dari 1%. Pada Jumat pekan lalu, dolar Australia merosoto dan sempat menyentuh Rp 10.020,59/AU$. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2020.

Sementara pada perdagangan Rabu (2/2), pukul 10:33 WIB dolar Australia berada di kisaran Rp 10.222/AU$, melemah 0,24% di pasar spot.

Setelah penguatan nyaris 2% dalam dua hari terakhir, wajar dolar Australia turun akibat aksi ambil untung (profit taking).

RBA dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa kemarin merubah proyeksinnya terkait suku bunga. Sebelumnya bank sentral pimpinan Philip Lowe ini mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya hingga akhir 2023, tetapi pada pengumuman kemarin berubah bisa jadi di tahun ini.

Sebabnya, inflasi yang sudah mencapai target dan ada kemungkinan semakin meningkat.

Selasa pekan lalu Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepajang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

Selain itu, RBA kemarin juga mengakhiri program pembelian obligasi (quantitative easing). Selama pandemi, neraca RBA mengalami lonjakan nyaris 3 kali lipat menjadi US$ 640 miliar akibat melakukan QE pertama sepanjang sejarah.

Kemungkinan suku bunga dinaikkan di tahun ini tentunya akan sama dengan Bank Indonesia (BI) yang sebelumnya mengindikasikan akan melakukannya di kuartal IV-2022.
Terbaru, suku bunga di Indonesia dikatakan baru akan naik jika inflasi mulai menanjak.

"BI 7 days reverse repo rate tetap dipertahankan rendah sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (2/2/2022).

Inflasi di Indonesia pada Desember tahun lalu sebesar 1,87% year-on-year (yoy), di bawah taget BI sebesar 3% plus minus 1%. Data inflasi terbaru akan dirilis hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular