
Lama Tertekan, Rupiah Akhirnya "Ngamuk" Juga!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (2/2), melanjutkan kinerja positif awal pekan lalu. Kabar baik datang dari dalam negeri yang memberikan sentimen positif bagi rupiah, sementara dolar AS sedang terpuruk merespon spekulasi kenaikan suku bunga di AS.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,52% ke Rp 14.305/US$, melansir data Refinitiv. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas dan berada di Rp 14.335/US$ atau menguat 0,31% pada pukul 9:25 WIB.
Penguatan di awal perdagangan ini menjadi yang paling tajam sejak minggu lalu, sebab rupiah selalu mengalami tekanan. Dalam 5 hari perdagangan pekan lalu, rupiah tidak pernah menguat, dan hanya mencatat penguatan tipis 0,03% di awal pekan ini. Baru pada perdagangan Rabu setekah libur kemarin rupiah "mengamuk"
Dari dalam negeri, kabar baik datang dari sektor manufaktur. Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Januari sebesar 53,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 53,5.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.
Artinya, di awal tahun ini sektor manufaktur Indonesia meningkatkan ekspansinya, yang tentunya berdampak positif bagi perekonomian.
Kabar baiknya lagi, permintaan mengalami peningkatan signifikan sehingga sektor manufaktur merekrut tenaga kerja.
"Menurut data terkini PMI Manufaktur Indonesia IHS Markit, kondisi pengoperasian di sektor manufaktur Indonesia membaik pada awal 2022. Permintaan klien berekspansi pada kisaran lebih tajam, didukung oleh catatan pertumbuhan permintaan baru dari luar negeri. Sementara itu kenaikan tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian juga terlihat, sekaligus menggambarkan kondisi ekonomi yang lebih baik," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit.
Selain itu, menurut Pan, masalah rantai pasokan yang memicu inflasi perlahan sudah mulai teratasi.
"Waktu pengiriman dari pemasok tercatat jauh lebih baik, yang juga merupakan tanda positif. Penting untuk diamati jika kondisi terus membaik, karena tekanan harga masih tajam disebabkan permasalahan pasokan yang masih ada," ungkapnya.
Kabar tersebut memberikan sentimen positif ke rupiah yang membuatnya melesat di awal perdaganga hari ini. Selain itu, indeks dolar AS juga memang sedang berbalik arah. Kemarin indeks dolar AS turun 0,16% sementara di awal pekan merosot hingga 0,75%.
Jebloknya indeks dolar AS tersebut terjadi setelah beberapa pejabat teras bank sentral AS (The Fed) meredakan spekulasi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin di bulan Maret, menjadi indikasi tidak akan sangat agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya.
Presiden The Fed Philadelphia, Patrick Harker, mengatakan ia mendukung kenaikan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin. Tetapi ia tidak melihat suku bunga bisa dinaikkan sebesar 50 basis poin di bulan Maret nanti.
"Jika inflasi berada di level saat ini dan mulai menurun, saya tidak melihat kenaikan sebesar 50 basis poin. Tetapi jika ada kenaikan tajam inflasi, saya rasa kita perlu bertindak lebih agresif," kata Harker saat wawancara dengan Bloomberg, Selasa (1/2).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
