Dolar AS Jeblok, Rupiah Bisa Lepas dari "Palang Kematian"?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 February 2022 07:30
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat penguatan tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.380/US$ pada perdagangan awal pekan ini. Dengan demikian, rupiah sukses menghentikan rekor buruk tidak pernah menguat dalam 5 hari perdagangan sebelumnya.

Ruang penguatan rupiah untuk kembali menguat pada perdagangan Rabu (2/2) cukup besar sebab indeks dolar AS jeblok dalam dua hari terakhir. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,16% sementara di awal pekan merosot hingga 0,75%.

Sementara itu dari dalam negeri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta yang sebelumnya diperkirakan akan naik menjadi level 3 masih tetap berada di level 2 setidaknya hingga sepekan ke depan.

Namun, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia harus bersiap menghadapi lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) varian Omicron, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih tinggi dari varian delta.

"Penularan ini tinggi sekali, Indonesia pasti akan mengalami ini. Puncaknya kita dulu (saat Delta) 57 ribu perhari. Kita mesti siap-siap, hati-hati, waspada tidak perlu kaget. Di negara lain 2-3 kali di atas puncaknya," jelas Budi dikutip Selasa (1/2/2022).

Budi menyebut belum mengetahui perkiraan jumlah kasus yang akan terjadi di Indonesia saat puncak. Sementara diprediksi puncak kasus akan terjadi pada Februari mendatang.
"Kami sudah sampaikan negara lain 3 kali - 6 kali dibandingkan puncak Delta," jelasnya.

Selain itu dari dalam negeri hari ini akan dilaporkan data purchasing managers' index (PMI) manufaktur serta inflasi yang bisa menggerakkan rupiah.

Khusus inflasi, Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 0,54% untuk inflasi bulanan (month-to-month/mtm).

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 2,15%. Jika terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020.

Kenaikan tersebut terjadi diperkirakan akibat terus naiknya harga pangan.

Sementara itu inflasi inti secara tahunan diproyeksikan di 1,73%. Kalau ini kejadian, maka adalah yang tertinggi sejak September 2020.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis Senin lalu.

Rupiah berada di atas Rp 14.360/US$ tentunya memberikan tekanan yang lebih besar. Selain itu rupiah yang disimbolkan USD/IDR patut waspada sebab sudah muncul Golden Cross, yakni perpotongan antara rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 500/ MA 50), dengan MA 500 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross bagi rupiah.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic mulai masuk overbought, memberikan ruang bagi rupiah untuk bangkit.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$. Di pekan ini, tidak menutup kemungkinan rupiah bisa merosot hingga ke Rp 14.500/US$ akibat Death Cross.

Sementara selama bertahan di bawah resisten rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.350/US$, sebelum menuju MA 200 di kisaran Rp 14.320/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan ke Rp 14.270/US$ hingga Rp 14.250/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular