
Harga CPO Meroket, 5 Saham Emiten Sawit Ini Panen 'Cuan'!

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan harga kontrak berjangka minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang melesat tinggi sejak awal tahun ini, kinerja sejumlah saham emiten sawit turut terdongkrak.
Menurut data Refinitiv, pada Senin kemarin (31/1/2022), harga CPO terkoreksi 0,64% ke MYR 5.592/ton, setelah menguat selama empat hari beruntun.
Pada Jumat pekan lalu, harga CPO berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang masa terbaru, yakni ketika ditutup di MYR 5.628/ton.
Sejak awal tahun alias year to date (ytd), harga CPO telah melesat 19,05%.
Berikut kinerja 5 saham emiten sawit paling moncer sejak awal tahun ini:
5 Besar Saham Emiten Sawit dengan Kenaikan Tertinggi Ytd
Kode Ticker | Harga Terakhir (Rp) | Kenaikan (%) Ytd |
DSNG | 600 | 20.00 |
CSRA | 595 | 19.00 |
TAPG | 695 | 13.93 |
LSIP | 1,260 | 6.33 |
AALI | 9,900 | 4.21 |
Sumber: BEI | Harga terakhir per 31 Januari 2022
Dari data di atas, dua saham Grup Ciputra milik pengusaha TP Rachmat, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), masing-masing melonjak 20,00% dan 13,93% secara ytd.
Lonjakan tinggi tersebut sebagian besar disumbang dalam penutupan Senin kemarin, ketika saham DSNG dan TAPG secara berturut-turut ditutup dengan kenaikan 15,38% dan 9,45%.
Saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) juga melonjak tinggi 19,00% sejak awal tahun. Sama seperti duo Grup Ciputra di atas, kemarin saham CSRA melejit 10,19%.
Tidak ketinggalan, saham emiten Grup Salim PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga masing-masing telah naik 6,33% dan 4,21% sejak awal tahun.
Sebelumnya, Indonesia sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia mengumumkan kewajiban penjualan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) 20% untuk semua produsen kelapa sawit dalam upaya untuk mendinginkan harga minyak goreng lokal. Akibatnya harga CPO melambung sepanjang pekan lalu dan mengukir harga tertinggi sepanjang masa.
"Pembatasan ekspor Indonesia telah mengubah dinamika pasar," kata Sandeep Bajoria, Kepala Eksekutif Sunvin Group, perusahaan pialang dan konsultan minyak nabati berbasis di Mumbai, India.
"Sudah pasar minyak nabati terganggu oleh cuaca dan masalah tenaga kerja, kebijakan pemerintah kini menambah ketidakpastian," tambahnya.
Pembeli telah mulai beralih ke minyak kedelai dan minyak bunga matahari untuk pengiriman Februari dan Maret, kata diler perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai.
"Reli sawit menyebabkan kehancuran permintaan. Harga harus turun atau akan kehilangan pangsa pasar," kata diler.
Kebijakan DMO yang dilakukan pemerintah Indonesia dikhawatirkan akan mengurangi pasokan CPO di pasar dunia di saat permintaan CPO tinggi. Ini akan menyebabkan kelangkaan pasokan yang akhirnya membuat harga CPO makin mahal.
Mengacu Statista Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 42,5% terhadap produksi CPO dunia. Sehingga pengaruh Indonesia terhadap laju harga CPO dunia besar.
Asal tahu saja, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Derivatif Malaysia-tempat perdagangan kontrak berjangka CPO-libur hari ini untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rekor Harga CPO, Bikin Saham-saham Sawit Cuan Gokil