Ambrol 7 Hari Beruntun, Harga Perak Diramal Madesu!
Jakarta, CNBC Indonesia - Perak makin terbenam setelah jatuh selama tujuh hari beruntun. The Fed tampaknya masih terlalu perkasa bagi aset itu. Apakah ini indikasi kilau perak akan redup di tahun 2022?
Pada Senin (31/1/2022) pukul 09.50 harga perak di pasar spot tercatat US$ 22.36/ons. Melemah 0,25% dibandingkan harga penutupan pada akhir pekan lalu.
Harga perak telah jatuh 8% dan mencatatkan penurunan selama tujuh hari beruntun. Ini dipengaruhi oleh pernyataan bos The Fed, Jerome Powell, yang memberi isyarat bahawa suku bunga akan naik bulan Maret.
Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang perak yang tidak memberikan imbal hasil seperti deposito.
Harga aset safe haven itu pada tahun 2022 diramal akan turun dibanding pencapaian tahun 2021. Kemudian berlanjut pada tahun 2023.
Mengacu jajak pendapat Reuters, diperkirakan harga perak spot rata-rata US$ 22,96/ons pada tahun 2022. Sedangkan tahun 2023 sebesar US$ 21,8/ons. Proyeksi itu lebih rendah dari rata-rata harga perak pada tahun 2021 sebesar 25,12/ons.
Selain sebagai aset lindung nilai, perak juga digunakan sebagai bahan baku industri panel surya, kendaraan, dan elektronik.
"Permintaan mobil yang terpendam dan pertumbuhan di sektor surya seharusnya menjadi dasar yang kokoh untuk harga perak," kata analis Standard Chartered Suki Cooper.
"Namun perak kemungkinan akan menghadapi tantangan makro (kenaikan suku bunga AS) yang sama seperti emas," tambahnya
(ras/ras)