Bos Emiten Sawit Bakal Makin Tajir, nih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen minyak mentah sawit (crude palm oil/CPO) menguat ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Senin (31/1/2022), seiring harga CPO melesat tinggi selama sepekan lalu.
Berikut kinerja saham CPO, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.37 WIB.
Eagle High Plantations (BWPT), naik 8,82%, ke Rp 74/unit
Triputra Agro Persada (TAPG), naik 8,66%, ke Rp 690/unit
Dharma Satya Nusantara (DSNG), naik 6,73%, ke Rp 555/unit
Cisadane Sawit Raya (CSRA), naik 6,48%, ke Rp 575/unit
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), naik 4,26%, ke Rp 1.225/unit
Salim Ivomas Pratama (SIMP), naik 3,59%, ke Rp 462/unit
Gozco Plantations (GZCO), naik 3,08%, ke Rp 67/unit
Astra Agro Lestari (AALI), naik 2,84%, ke Rp 9.950/unit
Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), naik 2,60%, ke Rp 985/unit
Tunas Baru Lampung (TBLA), naik 1,96%, ke Rp 780/unit
Provident Agro (PALM), naik 1,53%, ke Rp 665/unit
Sampoerna Agro (SGRO), naik 1,50%, ke Rp 2.030/unit
Austindo Nusantara Jaya (ANJT), naik 0,98%, ke Rp 1.030/unit
Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), naik 0,91%, ke Rp 111/unit
Mahkota Group (MGRO), naik 0,59%, ke Rp 855/unit
Menurut data di atas, saham BWPT memimpin kenaikan dengan melesat 8,82% ke Rp 74/unit, melanjutkan kenaikan 1,49% pada Jumat pekan lalu.
Saham TAPG juga terkerek 8,66%, usai melesat dalam 2 hari terakhir. Dalam sepekan, saham ini sudah naik 14,05%.
Saham DSNG dan CSRA pun masing-masing terapresiasi 6,73% dan 6,48%.
Minyak sawit mentah (CPO) melaju fantastis pada pekan lalu. Mengawali pekan dengan pelemahan, CPO melesat 5,75% sepanjang pekan dan mengukir rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Pada Jumat, (28/1/2022) harga CPO ditutup di MYR 5.828/ton, naik 3,38% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.
Indonesia sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia mengumumkan kewajiban penjualan domestik 20% untuk semua produsen kelapa sawit dalam upaya untuk mendinginkan harga minyak goreng lokal. Akibatnya harga CPO melambung sepanjang pekan dan mengukir harga tertinggi sepanjang masa.
"Pembatasan ekspor Indonesia telah mengubah dinamika pasar," kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif Sunvin Group, perusahaan pialang dan konsultan minyak nabati yang berbasis di Mumbai, India.
"Sudah, pasar minyak nabati terganggu oleh cuaca dan masalah tenaga kerja. Kebijakan pemerintah kini menambah ketidakpastian," tambahnya.
Pembeli telah mulai beralih ke minyak kedelai dan minyak bunga matahari untuk pengiriman Februari dan Maret, kata diler perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai.
"Reli sawit menyebabkan kehancuran permintaan. Harga harus turun atau akan kehilangan pangsa pasar," kata diler.
Kebijakan DMO yang dilakukan pemerintah Indonesia dikhawatirkan akan mengurangi pasokan CPO di pasar dunia di saat permintaan CPO tinggi. Ini akan menyebabkan kelangkaan pasokan yang akhirnya membuat harga CPO makin mahal.
Mengacu Statista Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 42,5% terhadap produksi CPO dunia. Sehingga pengaruh Indonesia terhadap laju harga CPO dunia besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf)