Dolar Rekor, Tembaga Tekor

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
28 January 2022 12:35
Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI
Foto: Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga melemah pada perdagangan siang hari ini. Bukan lagi soal The Fed, kali ini harga tembaga tertekan oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melesat.

Pada Jumat (28/1/2021) pukul 10:50 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.750/ton, turun 0,33% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi indikator perekonomian Amerika Serikat (AS) tercatat tumbuh 6,9% quarter-on-quarter (qoq) pada kuartal IV-2021. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 2,3% qoq dan jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 5,5% qoq.

Pertumbuhan ekonomi AS tersebut didasarkan pada pembacaan awal PDB dan masih mungkin direvisi baik ke atas maupun ke bawah. Pertumbuhan ekonomi AS yang positif menarik investor untuk membeli dolar sehingga memudarkan kilau emas. Indeks Dolar pada Kamis (27/1/2021) ditutup di 97,15. Ini merupakan level tertinggi sejak Juli 2020.

Tingginya dolar membuat tembaga yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal dibandingkan mata uang lainnya. Ini membuat permintaan terhadap tembaga turun. Saat permintaan turun, maka harga berpotensi melemah.

Komisi Tembaga Cile (Cochilco) memprediksi harga rata-rata tembaga 2022 di US$3,95 per pon atau US$ 7.900/ton. Sedangkan pada 2023, harga tembaga diprediksi sebesar US$ 7.600/ton. Rata-rata harga tembaga dunia pada tahun 2021 sebesar US$ 7.743/ton.

Pertumbuhan harga tembaga yang stabil dibandingkan tahun lalu karena perkiraan ekonomi di negara-negara konsumen tembaga dunia yang diperkirakan melambat, produksi tembaga yang meningkat, dan suku bunga AS yang naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular