
PDB AS Naik 6,9%, Harga Perak Ambles 6,9%!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perak makin terbenam setelah pertumbuhan ekonomi AS yang bertumbuh menarik minat investor terhadap dolar AS.
Pada Jumat (28/1/2021) pukul 08:42 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 22,72/ons, turun 0,09% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Harga perak telah turun selama enam hari beruntun dan mencatatkan pelemahan 6,9%. Ini dipengaruhi oleh pernyataan bos The Fed, Jerome Powell, yang memberi isyarat bahawa suku bunga akan naik bulan Maret.
"Saya akan mengatakan bahwa komite berkeinginan untuk menaikkan suku bunga dana federal pada pertemuan Maret, dengan asumsi bahwa kondisinya sesuai untuk melakukannya," kata Ketua The Fed, Jerome Powell kepada wartawan seusai rapat FOMC, Rabu (26/1/2022) waktu setempat.
Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang perak yang tidak memberikan imbal hasil seperti deposito. Gerak perak makin tertekan kala Amerika Serikat (AS) mengumumkan pertumbuhan ekonominya di kuartal IV-2021.
Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi indikator perekonomian negara AS tercatat tumbuh 6,9% quarter-on-quarter (qoq) pada kuartal IV-2021. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 2,3% qoq dan jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 5,5% qoq.
Pertumbuhan ekonomi AS tersebut didasarkan pada pembacaan awal PDB dan masih mungkin direvisi baik ke atas maupun ke bawah. Meskipun begitu, tingginya pertumbuhan ekonomi AS di atas ekspektasi pelaku pasar cukup menjadi sentimen positif untuk harga aset berisiko seperti saham.
Pertumbuhan ekonomi AS yang positif menarik investor untuk membeli dolar sehingga memudarkan kilau emas. Indeks dolar AS pada Kamis (27/1/2021) ditutup di 97,16, naik 1,36% dibandingkan posisi sebelumnya. Ini merupakan level tertinggi sejak Juli 2020.
Tingginya dolar membuat perak yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal dibandingkan mata uang lainnya. Ini membuat permintaan terhadap perak turun. Saat permintaan turun, maka harga berpotensi melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?