Lira Turki Tak Jeblok Lagi, Tuah Erdogan Ganti Nama Negara?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 January 2022 18:50
Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks to reporters before departing for a visit to Ukraine, in Istanbul, Monday, Feb. 3, 2020. Turkey hit targets in northern Syria, responding to shelling by Syrian government forces that killed at least four Turkish soldiers, the Turkish president said Monday. A Syrian war monitor said six Syrian troops were also killed.(Presidential Press Service via AP, Pool)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Presidential Press Service via AP, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lira Turki menjadi mata uang terburuk dunia di tahun lalu. Melawan dolar Amerika Serikat, lira jeblok hingga lebih dari 44%. Tetapi di awal tahun ini lira jauh lebih stabil.

Melansir data Refintiv, sepanjang bulan ini lira hanya melemah 0,76% melawan dolar AS. Pada perdagangan Rabu (26/1) lira berada di kisaran 13,476/US$.

Stabilnya lira bertepatan dengan berubahnya nama negara Turki (Turkey dalam bahasa Inggris) menjadi Turkiye. Hal tersebut mulai disampaikan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato bulan lalu, dan ditegaskan lagi kemarin.

"Kata 'Turkiye' mewakili dan mengekspresikan budaya, peradaban, dan nilai-nilai bangsa Turki dengan cara terbaik," bunyi pidatonya dikutip Middle East Monitor, dikutip Selasa (25/1/2022).

"Dalam rangka memperkuat nama Turkiye, dalam segala jenis kegiatan dan surat menyurat, terutama dalam hubungan resmi dengan negara lain dan lembaga dan organisasi internasional, istilah Turkiye akan digunakan sebagai pengganti istilah seperti 'Turki', 'Turkei', 'Turquie' dan seterusnya," tambahnya.

Namun, bukan itu penyebab stabilnya nilai tukar lira di bulan ini, tetapi kebijakan yang diambil pemerintah Turki saat lira ambrol pada tahun lalu.

Menjelang berakhirnya tahun 2021, Erdogan mengumumkan beberapa kebijakan yang akan meringankan beban lira Turki. Pemimpin yang sudah berkuasa selama 20 tahun ini mengatakan dengan kebijakan tersebut warga Turki tidak perlu mengkonversi lira menjadi mata uang asing selama lira crash, termasuk memberikan jaminan deposito.

"Kami menghadirkan alternatif keuangan bari bagi warga yang ingin meringankan kekhawatiran mereka saat melihat tabungan akibat kenaikan nilai tukar," kata Erdogan sebagaimana dilansir Reuters, Senin (20/12).

Pemerintah Turki akan memberikan insentif bagi warganya untuk mengkonversi tabungan dalam bentuk valuta asing mereka menjadi deposito dalam bentuk lira.

"Jika warga Turki memiliki simpanan atau deposito dalam bentuk valuta asing seperti dolar AS, euro, atau poundsterling hingga 20 Desember, dan mengkonversinya menjadi dalam bentuk deposito lira/dana partisipasi, maka akan memenuhi syarat untuk mendapat insentif," kata bank sentral Turki (TCMB).

"Deposito yang dimaksud memiliki waktu jatuh tempo dalam tiga, enam, dan dua belas bulan" tambah TCMB.

Insentif yang diberikan yakni TCMB akan menutupi jika ada selisih kurs saat pembukaan deposito hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, warga Turki tidak akan mengalami kerugian kurs jika lira kembali terpuruk. Selain itu, deposito itu juga tidak dikenakan pajak.

Selain itu pada pekan lalu, Parlemen Turki juga menyetujui udang-undang yang membebaskan pajak pendapatan perusahaan dari deposito dalam bentuk lira. Hal ini bisa didapat oleh perusahaan jika mengkonversi depositonya yang saat ini dalam bentuk valuta asing menjadi lira.

Reuters yang mengutip data dari bank sentral Turki (TCMB) melaporkan perusahaan-perusahaan di Turki memiliki deposito dalam bentuk valuta asing senilai US$ 90 miliar. Menteri Keuangan Turki melihat dengan kebijakan tersebut, perusahaan akan mengkonversi sekitar US$ 10 miliar menjadi lira.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Selamatkan Lira Turki, Erdogan Imbau Warga 'Buang' Dolar Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular