
RBA Bakal Ikut Tren Suku Bunga Naik, Dolar Australia Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sebelumnya mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga hingga akhir 2023. Tetapi dengan inflasi yang meninggi, RBA kemungkinan besar akan mengikuti tren kenaikan suku bunga di tahun ini.
Alhasi, dolar Australia mulai menanjak 2 hari terakhir. Pada perdagangan Rabu (26/1) pukul 11:34 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.271/AU$, dolar Australia menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin mata uang Negeri Kanguru ini juga menguat 0,2% setelah di awal pekan sempat jeblok hingga hingga 1,3% ke Rp 10.164/AU$ sebelum rebound.
Biro Statistik Australia kemarin melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kenaikan tajam harga perumahan serta bahan bakar minyak dikatakan menjadi pemicu utama kenaikan inflasi di tiga bulan terakhir tahun lalu.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
"Meski beberapa faktor yang membuat inflasi naik masih bersifat sementara, tetapi kami memperkirakan RBA akan lebih hawkish saat pengumuman kebijakan moneter pekan depan," kata Sean Langcake, ekonom senior di BIS Oxford Economics, sebagaimana dilansir The West, Selasa (25/1).
"Kenaikan suku bunga sebanyak satu kali di 2022 mungkin akan terjadi melihat data inflasi saat ini," tambahnya.
Kemungkinan tersebut semakin besar sebab pasar tenaga kerja diperkirakan akan semakin membaik, dan inflasi juga masih akan tetap tinggi di tahun ini.
"Pasar tenaga kerja akan sangat ketat dan kami percaya akan ada akselerasi kenaikan upah beberapa bulan ke depan," kata Gareth Aird, ekonom di Commonwealth Bank, sebagaimana dilansir ABC News, Rabu (26/1).
Aird memprediksi tingkat pengangguran yang saat ini berada di 4,2% akan kembali turun, kenaikan upah juga akan memicu tekanan inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
