
Melawan Mata Uang Asia, Rupiah Tak Bertenaga

Jakarta, CNBC Indonesia- Performa rupiah di hadapan mata uang negara-negara Asia pada perdagangan hari ini, Selasa (25/1/2022) cenderung melemah, di tengah angka penyebaran kasus harian covid-19 masih tinggi di dalam negeri.
Pada pukul 11:16 WIB, tercatat rupiah melemah 3,20 poin (-0,14%) di hadapan yuan China ke Rp 2.268,21/CNY. Di hadapan yen Jepang, mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,41 poin (-0,33%) ke Rp 126,24/JPY. Rupiah juga merah di hadapan dolar Singapura, minus 37,19 poin (-0,35%) ke Rp 10.690,19/SGD.
Bank sentral Singapura kembali mengetatkan kebijakan moneter pada hari ini, di tengah krisis pasokan global dan tingginya inflasi di seluruh zona. Hal tersebut, membuat dolar Singapura menguat dan menekan rupiah.
Kepala riset obligasi dan perencanaan OCBC Selena Ling memprediksikan bank sentral Singapura akan menaikkan lagi suku bunga acuan di April. "Jika bank sentral Singapura terlalu agresif hari ini maka akan mengurangi kenaikan di April," tuturnya dikutip dari CNBC International.
Hal tersebut membuat dolar Singapura menguat terhadap dolar AS ke 1.3425/US$ yang tertinggi sejak Oktober 2021. Monetary Authority of Singapore (MAS) memprediksikan bahwa inflasi di Singapura berada di kisaran 2-3% tahun ini. Prediksi tertinggi dari inflasi akan menyentuh 2,5-3,5%.
Tercatat sebanyak 88% populasi di Singapura sudah divaksin dengan dosis penuh dan 91% telah di vaksin setidaknya 1 kali. Selain itu, sebanyak 55% dari populasi sudah menerima booster. Namun, angka penyebaran covid-19 masih menyentuh 2,69% dari pekan sebelumnya.
Sentimen dari Negeri Tirai Bambu yaitu yuan China meroket di level tertinggi terhadap dolar AS dari tiga setengah tahun lalu. Mengacu kepada Reuters, pemerintah Cina wajarnya akan menjaga stabilitas pasar keuangan selama acara-acara penting berlangsung. Seperti yang diketahui, Cina akan mengadakan Olimpiade Musim Dingin di Beijing dan akan disusul oleh pertemuan parlemen tahunan pada bulan Maret.
Permintaan perusahaan yang besar untuk mata uang yuan menjelang liburan Tahun Baru Imlek dapat membantu yuan Cina mencapai titik tertingginya.
Di tengah situasi yang tidak menentu dan investor masih fokus terhadap rapat komite pengambilan kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dilaksanakan pada 25-26 Januari, maka nilai tukar mata uang yen Jepang sepertinya diuntungkan.
Investor tampaknya memilih masuk ke instrumen safe haven ketimbang dolar AS, karena yen dinilai memiliki nilai lindung lebih aman di tengah gejolak ekonomi saat ini. Terbukti pada hari ini, dolar yen Jepang menguat terhadap dolar AS di 113,76/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Bertenaga di Asia, Rupiah Mengekor Yuan China