Omicron Mengganas, Rupiah Kena Imbas

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini (25/1/2022), di tengah banyaknya sentimen negatif dari dalam negeri.
Rupiah melemah tipis pada awal perdagangan pasar sebanyak 0,07% ke Rp 14.350/US$, setelah sempat menguat 0,24% pada pembukaan perdagangan kemarin. Namun, pada pukul 11:00 WIB, rupiah kembali terdepresiasi 0,13% menjadi Rp 14.358/US$.
Banyaknya sentimen negatif dari dalam negeri mempengaruhi performa rupiah pada hari ini. Sentimen pertama yaitu, angka penyebaran Covid-19. Bahkan, kemarin sempat ada isu bahwa DKI Jakarta akan menaikkan status PPKM menjadi level 3.
![]() |
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menkonfirmasi bahwa status PPKM di DKI Jakarta masih tetap di level 2. "Teater perang pandemi yang terjadi di Jakarta menyebabkan asesmen situasi mungkin saja berubah," tuturnya, Senin (24/1/2022).
Akan tetapi, perlu dicatat keputusan ini hanya berlaku satu pekan. Pemerintah kini melakukan evaluasi secara mingguan. Bisa saja status Ibu Kota benar-benar menjadi PPPK Level 3 minggu depan.
Selain itu, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.11 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,56% ke posisi 6.551,64, dengan nilai transaksi Rp 5 triliun dan volume perdagangan 9,99 miliar saham. Sebanyak 108 saham naik, 419 saham turun, dan 127 saham stagnan.
Sentimen zona regional terjadi pada bursa Asia yang kembali melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, meski bursa saham Amerika Serikat (AS) berada di zona hijau kemarin. Tercatat, indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,37%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,5%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,41%, Straits Times Singapura merosot 1%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,14%.
Sementara itu, sentimen positif terjadi di Negeri Paman Sam yang membuat performa dolar AS menjadi perkasa terhadap rupiah. Pada rilis laporan keuangan dari 65 konstituen indeks S&P 500, sebanyak 77% berhasil memiliki kinerja yang melampaui ekspektasi pasar.
Perhatian utama para investor masih tertuju ke pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) di pekan ini. Jelang pengumuman tersebut indeks dolar AS melesat 0,3% kemarin yang bisa memberikan tekanan ke rupiah.
Seperti diketahui, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya di tahun ini. Hal itu terungkap dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Desember yang dirilis awal bulan ini di mana The Fed berpeluang mengerek suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, serta mengurangi nilai neracanya (balance sheet).
Goldman Sachs memprediksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat.
Pada pekan ini, investor juga akan disibukkan dengan laporan keuangan dari perusahaan 'Big Tech' diantaranya Microsoft, Tesla, dan Apple. Disusul oleh IBM yang akan merilis neraca keuangan setelah perdagangan dibuka hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer