
Sempat Jeblok ke Bawah Rp 10.200, Dolar Australia Ngamuk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia kemarin sempat jeblok melawan rupiah hingga ke bawah Rp 10.200/US$. Setelahnya perlahan dolar Australia memangkas pelemahan hingga berbalik menguat tajam pada perdagangan hari ini Selasa (25/1).
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini melesat 0,48% ke Rp 10.287,52/AU$. Sementara kemarin mata uang Negeri Kanguru ini sempat jeblok hingga 1,3% ke Rp 10.164/AU$, level tersebut merupakan yang terendah dalam satu bulan terakhir.
Dolar Australia mampu menguat pada ini setelah rilis data inflasi yang mencapai target bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).
Biro Statistik Australia hari ini melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kenaikan tajam harga perumahan serta bahan bakar minyak dikatakan menjadi pemicu utama kenaikan inflasi di tiga bulan terakhir tahun lalu.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
Dengan kenaikan inflasi tersebut, RBA kini diprediksi bisa menaikkan suku bunga di tahun ini. Artinya, akan sama dengan Bank Indonesia (BI) yang juga diramal mengerek suku bunganya di semester II-2022.
Hal tersebut membuat dolar Australia mampu menguat setelah sebelumnya tertekan akibat RBA diprediksi baru akan menaikkan suku bunga di 2023.
"Meski beberapa faktor yang membuat inflasi naik masih bersifat sementara, tetapi kami memperkirakan RBA akan lebih hawkish saat pengumuman kebijakan moneter pekan depan," kata Sean Langcake, ekonom senior di BIS Oxford Economics, sebagaimana dilansir The West, Selasa (25/1).
"Kenaikan suku bunga sebanyak satu kali di 2022 mungkin akan terjadi melihat data inflasi saat ini," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
