Rupiah Jadi Loser di Asia, Covid Omicron Biang Keroknya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 January 2022 09:15
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menanjaknya kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) varian Omicron membuat rupiah menjadi salah satu loser di Asia pekan ini. Rupiah sempat mencatat pelemahan 3 hari beruntun melawan dolar AS, sebelum bangkit setelah Bank Indonesia (BI) memberikan kejutan kecil.

Melansir data Refintiv, sepanjang pekan ini rupiah melemah 0,28% ke Rp 14.335/US$ di pasar spot. Dengan pelemahan tersebut rupiah menjadi yang terburuk ketiga di Asia, hanya lebih naik dari dolar Taiwan dan rupee India.

Sementara itu bath Thailand menjadi yang terbaik di pekan ini dengan penguatan sebesar 0,55%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pekan ini.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya kembali menembus ribuan orang.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 kemarin mengumumkan ada tambahan 2.604 kasus baru, lebih banyak dari hari sebelumnya 2.116, sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 4 bulan terakhir, tepatnya sejak 23 September 2021.

Terus menanjaknya kasus Covid-19 dikhawatirkan akan membuat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali diketatkan alias naik level.

Apalagi tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) nasional 17 Januari 2022 adalah 6%.

Angka BOR nasional memang masih relatif rendah. Namun di DKI Jakarta sepertinya agak mengkhawatirkan. Pada 17 Januari 2022, BOR di provinsi yang dipimpin oleh Gubernur Anies Rasyid Baswedan ini mencapai 32%.

Presiden Joko widodo (Jokowi) juga meminta masyarakat untuk tidak banyak beraktivitas di luar rumah, seiring dengan kenaikan kasus Covid-19 di tanah air.

"Jika bapak ibu tidak memiliki keperluan mendesak, sebaiknya mengurangi kegiatan di pusat keramaian. Dan untuk mereka yang bisa bekerja dari rumah, work from home, lakukanlah kerja dari rumah," ungkap Jokowi melalui akun youtube yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (18/1/2022).

Selain itu, varian lokal Covid-19 kini ditemukan di Indonesia. Varian yang bermutasi dan berkembang biak di lingkungan sekitar itu pertama kali ditemukan di Surabaya, Jawa Timur.

Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga pertama kali menemukan varian tersebut, setelah melakukan uji coba pada 18 sampel yang terdeteksi dari pasien Covid-19 di universitas."Ada 8 varian Omicron, 9 varian Delta, dan satu varian lokal," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Erwin Astha Tryiono, seperti dikutip detik, Rabu (19/1/2022).

ITD sendiri mengklaim bahwa varian tersebut berbeda dengan mutasi Covid-19 manapun, baik itu Delta atau Omicron. Varian itu juga disebut berbeda secara karateristik dengan Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada 2019 lalu.

Meski demikian belum ada keterangan lagi apakah varian ini lebih menular dari Omicron atau varian lainnya yang dulu ada.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Naikkan GWM, Rupiah Perlahan Bangkit

Bank Indonesia (BI) Kamis kemarin mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Januari 2020. Hasilnya, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Januari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG edisi Janauri 2022, Kamis (20/1/2022).

Dengan demikian, suku bunga acuan telah bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau hampir setahun. Ini adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.
Namun ada sedikit kejutan yang diberikan, BI memutuskan bakal mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap pada Maret, Juni dan September. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan.

Langkah bisa menjadi sinyal awal BI akan mengetatkan kebijakan moneternya di tahun ini. Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasannya. Penyerapan likuiditas bisa membuat nilai tukar lebih kuat, dan menjadi langkah awal menghadapi normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).

Kejutan kecil dari BI ini juga sejalan dengan berubahnya pandangan BI terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat tahun ini.

Pada RDG edisi Desember 2020, BI melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 1 kali saja di tahun ini, dan diperkirakan akan terjadi di kuartal III atau IV-2022.
Tetapi hanya sebulan berselang, pandangan BI berubah. Kini Perry dan kolega melihat The Fed bisa menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini. Pandangan BI tersebut saat ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

"Dari sisi fundamental, dan baca-bacaan kami, dari pandangan anggota The Fed, kemungkinan Federal Funds Rate naik tiga kali. Namun kami juga melihat pandangan pasar, dan ini kami pertimbangkan. Oleh karena itu, kami membuat kesimpulan baseline kami bahwa Federal Funds Rate naik empat kali pada tahun ini. Mulai Maret," terang Perry.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular