BI Mulai Jadi 'Elang'?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2022 15:04
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Pada RDG edisi Desember, BI bisa dikatakan masih santai merespon rencana normalisasi kebijakan The Fed. Saat itu bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut bertindak lebih agresif, nilai tapering ditambah menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari sebelumnya US$ 15 miliar. Sehingga program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang awalnya direncanakan selesai pertengahan 2022, berubah menjadi bulan Maret tahun ini.

The Fed melalui dot plot juga mengindikasikan akan menaikkan suku bunga akan 3 kali. Sekitar 12 Jam setelahnya, giliran BI yang mengumumkan hasil RDG. Seperti disebutkan sebelumnya, Perry melihat The Fed hanya akan menaikkan suku bunga satu kali saja di tahun ini.

Tetapi, hanya dalam tempo satu bulan pandangan BI berubah, kini The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali.

Berubahnya sikap BI bisa jadi akibat rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed edisi Desember awal bulan ini, yang ternyata The Fed bisa lebih agresif dalam menormalisasi kebijakannya.

Dalam notula rapat kebijakan moneter bulan Desember terungkap, beberapa pejabat The Fed melihat nilai neraca (balance sheet) bisa segera dikurangi setelah suku bunga dinaikkan.

"Peserta rapat kebijakan moneter secara umum mencatat bahwa, melihat outlook individual terhadap perekonomian, pasar tenaga kerja dan inflasi, mungkin diperlukan kenaikan suku bunga lebih awal atau dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta juga mencatat akan tepat jika segera mulai mengurangi nilai neraca setelah suku bunga dinaikkan," tulis notula The Fed yang dikutip Reuters, Kamis (6/1).

Bank Investasi Morgan Stanley dalam laporannya 9 Januari lalu menyebutkan pengurangan nilai neraca bisa terjadi tidak lama setelah suku bunga dinaikkan.

"Rilis notula The Fed yang hawkish mencatat diskusi aktif apakah suku bunga akan dinaikkan lebih awal, dinaikkan lebih cepat, dan mulai mengurangi nilai neraca segera setelah kenaikan suku bunga pertama, hal ini lebih cepat dari yang diperkirakan pasar," tulis riset Morgan Stanley.

The Fed bisa dibilang full power dalam menormalisasi kebijakan moneternya. QE selesai bulan Maret, suku bunga dinaikkan dan nilai neraca dikurangi, semua kemungkinan akan dilakukan dalam tempo kurang dari 6 bulan.

The Fed mengurangi nilai neraca dengan menjual obligasi pemerintah AS (Treasury) yang dimiliki, sehingga likuiditas akan terserap. Ketika likuiditas ketat, yield Treasury bisa semakin tinggi, dan berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia. Jika itu terjadi maka rupiah akan tertekan.

Bisa jadi hal tersebut yang membuat sikap BI berubah. Demi menjaga stabilitas rupiah BI mulai bersiap mengetatkan kebijakan moneternya, dimulai dengan mengurangi likuiditas dengan menaikkan GWM.

HALAMAN SELANJUTNYA >> Bank Sentral Dunia Mulai Nyaman Dengan Pengetatan Moneter

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular