Harga Tembaga Nanjak,Gara-gara China?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 January 2022 13:55
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga menguat tersengat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter China.

Harga tembaga dunia tercatat US$ 9.841,5/ton, naik 1,71% dibandingkan harga penutupan kemarin.

China menurunkan suku bunga untuk menopang ekonomi yang melambat di kuartal IV-2021. Ekonomi hanya tumbuh 4% di Oktober-Desember. Terjadi penurunan dari periode yang sama tahun lalu 4,9%.

Penurunan terjadi akibat kebangkitan virus corona (Covid-19) yang memaksa penguncian di sejumlah wilayah dan melorotnya pasar properti. Belum lagi China sempat mendapat beberapa hambatan akibat krisis energi yang menyebabkan kekurangan listrik.

Untuk itu pemerintah China melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga. Suku bunga pinjaman satu tahun diturunkan 10 basis poin menjadi 3,70% dari 3,80%. Selain itu, suku bunga pinjaman tenor lima tahun berkurang 5 basis poin menjadi 4,6% dari 4,65%.

Pemotongan LPR diharapkan akan memulai banyak pelonggaran untuk menstimulasi ekonomi China.

"Ada tren penguatan kebijakan makro untuk menstabilkan ekonomi di tengah tekanan penurunan di pasar real estat," kata Huatai Futures.

Kebijakan ini menjadi sentimen positif bagi tembaga karena likuiditas berpotensi membanjiri China sehingga bisa mendorong konsumsi logam.


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular