IHSG Pernah Beberapa Kali Dihentikan, Apa Itu Trading Halt?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Rabu, 19/01/2022 09:30 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus positif Covid-19 mulai mengusik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kemarin, Selasa (18/1/2022), indeks anjlok 1,6%. Penurunan masih berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (19/1/2022).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah tipis 0,06% di level 6.609,83 pada perdagangan Rabu (19/1/2022). IHSG lanjut terkoreksi pada 09.10 WIB dengan pelemahan 0,34% dan berada di level 6.592,51.

Penurunan yang terjadi menimbulkan kekhawatiran akan apa yang pernah terjadi pada 2020. Bursa mengalami beberapa kali pengentian perdagangan atawa trading halt selama periode ini.


Lantas, apa itu trading halt?

Sebelum berhasil kembali ke level di atas 6.000-an saat ini, IHSG sempat mengalami masa gelap, yakni ketika anjlok sangat dalam sepanjang tahun lalu. Tepatnya pada Maret 2020, seiring Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan virus corona sebagai pandemi

Kala itu, IHSG yang mengawali 2020 di level 6.300, akhirnya meninggalkan level 6.000 pada akhir Januari hingga akhirnya terjun bebas hingga ke 3.937,63 pada 24 Maret 2020. Angka tersebut menjadi yang terendah setidaknya sejak 4 Juni 2012 ketika IHSG ditutup di 3.654,58.

Kecemasan akan perlambatan ekonomi global akibat wabah virus corona saat itu akhirnya membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven) seperti obligasi AS (Treasury) dan emas.

Akhirnya, krisis kesehatan pun berubah menjadi krisis ekonomi.

Menurut catatan CNBC Indonesia sebelumnya, aktivitas dan mobilitas penduduk yang berkurang drastis sama saja dengan menghentikan roda ekonomi. Produksi terhambat, permintaan pun seret. Ekonomi terpukul di dua sisi sekaligus, penawaran (supply) dan permintaan (demand).

Dari sinilah pandemi virus corona yang awalnya adalah masalah kesehatan menjelma menjadi krisis sosial-ekonomi. Hantaman pandemi membuat ekonomi dunia rontok, jatuh ke 'jurang' resesi untuk kali pertama sejak Krisis Keuangan Global 2009.

Tidak hanya Indonesia, pada 23 Maret 2020, indeks S&P 500 di Wall Street, Amerika Serikat (AS), menyentuh titik terlemah sejak 2016.

Pihak regulator, termasuk BEI pun, mengambil tindakan untuk mencegah amblesnya IHSG terlalu dalam.

Sejak Maret 2020, untuk menahan penurunan bursa saham domestik, BEI menerbitkan berbagai relaksasi seperti pelarangan transaksi short selling, perubahan batasan auto rejection hingga mekanisme pre-opening, hingga pemberlakukan kebijakan penghentian/pembekuan perdagangan sementara selama 30 menit atau trading halt bila IHSG turun 5% dalam sehari.

Adapun, perdagangan saham di bursa RI tercatat tujuh kali mengalami penghentian sementara perdagangan (trading halt) sejak Maret 2020. Pada 2020, pertama kalinya IHSG ambrol hingga lebih dari 5% adalah pada 9 Maret 2020 atau sepekan setelah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di RI.

Asal tahu saja, penghentian sementara perdagangan ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.

Menurut data BEI, pada 9 Maret 2020, IHSG ditutup anjlok 6,58% ke posisi 5.136,81. Setelah itu, IHSG beberapa kali terjun.

Pada 19 Maret 2020 IHSG ambles 5,20%, kemudian secara berturut-turut, pada 12 Maret 2020 (-5,01%), 10 September 2020 (-5,01%), 17 Maret 2020 (-4,99%), 23 Maret 2020 (-4,90%), dan 16 Maret 2020 (-4,42%).

Seiring dengan sejumlah kebijakan penanganan pandemi Covid-19 dan stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah serta adanya sejumlah sentimen positif terutama di dalam ekonomi makro, IHSG perlahan keluar dari level terendah hingga akhirnya mengakhiri 2020 dengan ditutup di posisi 5.979,07.


(adf/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor