Support 6.500 Sudah Dekat, Awas IHSG Bisa Jebol ke 6.400!

Putra, CNBC Indonesia
18 January 2022 12:21
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles lebih dari 1% di sesi I perdagangan Selasa (18/1/2022).

IHSG terkoreksi 1,42% dan ditutup di 6.551,60. Indeks menguat hanya di awal-awal perdagangan. Selanjutnya indeks mengalami koreksi.

Sempat menyentuh level tertinggi intraday di 6.667,41, IHSG berbalik arah dan bahkan sempat mencicipi level terendah di 6.546,84.

Hanya ada 101 saham yang menguat, 126 stagnan dan mayoritasnya sebanyak 442 saham melemah. Nilai transaksi di sesi I cukup tinggi hingga Rp 6,88 triliun. Di pasar reguler aisng masih net buy sebesar Rp 70 miliar.

Bursa saham Asia cenderung bergerak variatif. Indeks Shang Hai Composite dan Strait Times menguat masing-masing 0,94% dan 0,21%.

Sedangkan Nikkei dan Hang Seng terpuruk dengan pelemahan 0,48% dan 0,14% hingga siang ini. Meski melemah kinerja Nikkei dan Hang Seng masih jauh lebih baik daripada IHSG.

Dari dalam negeri sentimen negatif datang dari kasus Covid-19 yang terus memburuk. Jika hingga akhir tahun lalu kasus infeksi harian Covid-19 masih konsisten di bawah 500, kini jumlah kasus sudah kembali tembus 1.000 per hari.

Kenaikan kasus infeksi Covid-19 juga dikaitkan dengan penyebaran varian baru jenis Omicron yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan akhir tahun lalu.

Kasus pertama Omicron di Indonesia dilaporkan pada pertengahan bulan Desember lalu. Jumlah kasus Covid-19 Omicron di Tanah Air setiap harinya bertambah semakin banyak.

Para ahli termasuk pemerintah memperkirakan puncak kasus Covid-19 Omicron di dalam negeri akan terjadi pada awal bulan Februari.

Adanya kenaikan kasus mau tak mau membuat pemerintah kembali harus menarik rem darurat. PPKM tidak hanya diperpanjang. Namun di beberapa kasus kembali ditingkatkan menjadi lebih ketat.

Hal ini tentu akan berdampak pada pemulihan ekonomi domestik jika terus berlarut-larut dan tidak terkontrol. Apalagi situasinya di tengah rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya. Maka wajar saja jika pasar keuangan cenderung tertekan.

Setelah ambles lebih dari 1% di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan sesi I, IHSG sudah berada dekat dengan level supportnya yang berada di 6.530 apabila level ini kembali dijebol, IHSG berpotensi longsor keluar dari level 6.500 ke support selanjutnya di level 6.475.

Sedangkan untuk membentuk tren naik IHSG perlu menembus level resisten terdekat di 6.600 dan selanjutnya di 6.645.

Apabila melihat indikator Relative Strength Index yang mengukur momentum kekuatan beli dan kekuatan jual, maka saat ini IHSG sudah berada di level jenuh jual (oversold).

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 24,45. Akan tetapi apabila momentum sedang kuat, RSI bisa bertahan di level jenuh jual dalam waktu yang lama.

Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 sudah memotong ke bawah EMA 26. Pola divergensi sudah terbentuk bar histogram juga berada di area negatif.

Secara keseluruhan menggunakan indikator teknikal meskipun momentum koreksi IHSG sudah cukup dalam, peluang koreksi lanjutan di sesi II masih terbuka.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular