Inflasi AS 7%! Tenang, Perak Jadi Obat Buat Investor

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
13 January 2022 10:24
Petugas menunjukkan cincin perak di pasar mas Cikini, Senin, 22/11. Harga perak dunia turun pada perdagangan ini di tengah kebimbangan antara potensi inflasi yang lebih tinggi dan sikap The Fed yang menahan suku bunga. Harga perak di pasar spot tercatat US$ 15,0200/troy ons, turun 0,12% . Pantauan CNBC Indonesia di lokasi. Harga perak terpantau stabil Di toko Bukit Mas, harga perak dijual per-ring seharga Rp700 ribu. Di Toko Yossi berlian perak dijual per gram seharga Rp200 ribu.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Perhiasan Perak (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak ditutup melesat 1,93% kemarin, melanjutkan kenaikan selama empat hari beruntun. Namun, pagi ini mulai melandai karena ada aksi ambil untung.

Pada Kamis (13/1/20222) pukul 07:37 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 23,17/ons. Sama dengan posisi hari kemarin.

Indeks dolar AS longsor ke posisi terendah sejak November 2021. Kemarin, dolar ditutup di level US$ 94,92. Turun 0,74% dibandingkan harga penutupan kemarin. Penguatan dolar membuat perak yang diperdagangkan dengan greenback jadi lebih murah ketimbang mata uang lainnya.

Pelemahan dolar didorong oleh inflasi Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi sejak 1982 dan pernyataan Powell yang tidak lebih hawkish dari perkiraan pasar. Ekonomi AS makin overheat setelah rilis data menunjukkan inflasi AS pada Desember 2021 sebesar 7% year-on-year (yoy). Sementara inflasi inti sebesar 5,4% yoy.

Inflasi yang tinggi menguntungkan perak sebagai aset lindung nilai. Walaupun inflasi yang tinggi jadi pemantik kenaikan suku bunga lebih cepat, pernyataan Jerome Powell yang yang kalem atau tidak lebihhawkishmengisyaratkan masih butuh waktu untuk mengetatkan moneter.

Powell mengatakan perekonomian AS kini sudah kuat menahan kenaikan suku bunga maupun lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) varian Omicron.

"Inflasi saat ini jauh lebih tinggi dari target. Perekonomian tidak lagi memerlukan kebijakan moneter akomodatif yang kami terapkan saat ini," kata Powell dalam testimoninya, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (11/1/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular