Market Cap Dua Saham Bank Ini Melesat, Ada ARTO!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 January 2022 11:39
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Meskipun IHSG membukukan kinerja cemerlang pada pekan lalu, tetapi indeks sempat terkoreksi pada perdagangan Rabu dan Kamis, karena investor merespons negatif dari potensi dipercepatnya pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kemungkinan lebih agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya di tahun ini membuat bursa saham global sempat rontok. Dimulai dari bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Rabu pekan lalu waktu setempat, dan di susul bursa Asia, termasuk IHSG.

Dalam rapat The Fed edisi Desember 2021, Ketua The Fed, Jerome 'Jay' Powell dan para koleganya menyebut pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meninggi. Hal ini membuat The Fed sepertinya harus menaikkan suku bunga acuan lebih cepat.

"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.

Pasar pun langung bereaksi. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022 mencapai 64,1%.

"Indikasi The Fed semakin khawatir dengan inflasi akan menciptakan pandangan bahwa mereka akan melakukan pengetatan kebijakan secara agresif pada 2022. Lebih hawkish dari dugaan," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Adivisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (6/1/2022).

Kenaikan suku bunga acuan membuat investor cenderung melirik ke aset berpendapatan tetap seperti obligasi pemerintah, karena imbal hasilnya (yield) akan ikut terkerek dan investor cenderung meninggalkan pasar saham.

Pada pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan obligasi pemerintah Negeri Paman Sam sempat melonjak ke level 1,75%, yakni pada Kamis waktu setempat.

Namun pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu waktu AS, yield Treasury bertenor 10 tahun kembali naik dan kini berada di level 1,76%.

Memang IHSG sempat terkoreksi, tetapi koreksi IHSG tidak separah dari beberapa bursa Asia yang sempat ambruk hingga 1% lebih. Hal ini karena didorong oleh sentimen positif dari rilis data ketenagakerjaan AS pada Kamis pekan lalu.

Data klaim tunjangan pengangguran AS untuk periode pekan yang berakhir 2 Januari 2022 tercatat di angka 207.000 unit, atau lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memperkirakan angka 195.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular