Catat Nih! Sentimen-Sentimen Besok Bisa Bikin 'Goyang' Pasar

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 January 2022 18:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan kinerja yang cemerlang pada pekan ini, di mana pekan ini merupakan pekan pertama di tahun 2022. Lalu apa saja sentimen yang akan mewarnai pasar selama sepekan ke depan?

Melansir dari Refinitiv sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan nasional tersebut melonjak 1,82% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (7/1/2022) kemarin, IHSG pun ditutup melesat 0,72% ke level 6.701,32.

Meski masih berjarak sekitar 0,8% lagi dari level all time high (ATH) yang pernah ditorehkan pada November 2021 lalu, tetapi IHSG mampu mengakhiri pekan ini dengan torehan positif, karena dua hari perdagangan pekan ini yakni Rabu dan Kamis, IHSG sempat berbalik arah ke zona merah.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 66,4 triliun. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) nyaris Rp 3 triliun, atau lebih tepatnya mencapai Rp 2,96 triliun di pasar reguler.

Lantas, apa saja sentimen yang akan menjadi pendorong pasar selama pekan depan?

Selain masih dibayangi oleh perkembangan kabar mengenai penyebaran Covid-19, khususnya varian Omicron, dan soal kerusuhan di Kazakhstan, investor juga akan menyimak sejumlah data ekonomi dari dalam negeri dan luar negeri.

Sentimen Dalam Negeri

Pada Senin (10/1), Bank Indonesia (BI) akan merilis Laporan Survei Konsumen Desember 2021.

Pada survei sebelumnya pada November 2021, mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2021 sebesar 118,5, lebih tinggi dari 113,4 pada Oktober 2021.

Kemudian pada Selasa (11/1), BI juga akan merilis Laporan Survei Penjualan Eceran. Sebelumnya, penjualan eceran pada periode November 2021 diprakirakan kembali tumbuh meningkat. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2021 sebesar 199,7 atau secara tahunan tumbuh meningkat 10,1% (yoy).

Selang tiga hari kemudian, Jumat (14/1), ada dua data yang akan diterbitkan BI. Pertama, Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV 2021. Kedua, Prompt Manufacturing Index (PMI-BI) Triwulan IV 2021.

Pada rilis sebelumnya, SKDU mengindikasikan bahwa kegiatan dunia usaha pada triwulan III 2021 tetap tumbuh positif, kendati melambat dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 7,58%, lebih rendah dari 18,98% pada triwulan II 2021.

Sementara, kinerja sektor Industri Pengolahan triwulan III 2021 terindikasi menurun. Hal itu tercermin dari PMI sebesar 48,75%, lebih rendah dari 51,45% pada triwulan II 2021.

Penurunan PMI-BI tersebut sejalan dengan kegiatan sektor Industri Pengolahan hasil SKDU yang sedikit terkontraksi di tengah kebijakan pembatasan mobilitas pada triwulan III 2021.

Adapun pada triwulan IV 2021, kinerja sektor Industri Pengolahan diprakirakan meningkat dan berada dalam fase ekspansi. PMI-BI pada triwulan IV 2021 diprakirakan sebesar 51,17%, lebih tinggi dari capaian pada triwulan sebelumnya.

"Mayoritas subsektor diprakirakan akan meningkat, dengan indeks tertinggi pada subsektor Kertas dan Barang Cetakan serta subsektor Semen dan Barang Galian Non Logam," jelas Bank Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (9/1).

Sentimen Eksternal

Selain dari dalam negeri, sejumlah negara utama juga akan merilis data-data ekonomi yang penting selama minggu depan.

Senin (10/1), akan ada rilis data tingkat pengangguran di Uni Eropa (UE) November 2021 yang diperkirakan akan turun menjadi 7,2%. Dengan ini, tingkat pengangguran UE diramal akan melanjutkan tren penurunan selama tujuh bulan beruntun.

Pada hari yang sama, investor juga akan menyimak data ekspektasi konsumen soal inflasi AS yang dirilis oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed) wilayah New York. Ekspektasi inflasi konsumen AS untuk tahun depan naik tipis ke rekor baru 6% pada November 2021 dari 5,7% pada Oktober. Adapun pada Desember, diprediksi akan naik tipis 6,1%.

Sehari setelahnya, Ketua The Fed Jerome akan memberikan testimoni dalam sidang nominasi dirinya sebagai ketua bank sentral AS untuk periode kedua di hadapan Komite Senat untuk Urusan Perbankan, Perumahan, dan Perkotaan.

Kemudian, pada Rabu (11/1), akan ada data laju inflasi di China dan AS. Analisis meramal laju inflasi China tahunan per Desember 2021 akan turun menjadi 1,8% dari sebelumnya 2,3%.

Sementara, laju inflasi tahunan AS akan naik ke 7% pada Desember, dari posisi sebelumnya di angka 6,8%. Adapun tingkat inflasi inti tahunan juga akan terkerek ke 5,4% dari sebelumnya 4,9%.

Dengan kenaikan tersebut, menurut catatan Bloomberg, laju inflasi AS mungkin mencapai yang tercepat dalam empat dekade. Ini pada giliran akan menopang kebijakan percepatan tapering off (pengurangan nilai pembelian aset) The Fed dan pada yang bersamaan akan membuat konsumen semakin cemas terhadap kondisi ekonomi.

Lalu, pada Kamis (12/1) akan ada rilis data klaim tunjangan pengangguran di AS per 8 Januari 2022 yang diperkirakan akan bertambah menjadi 210 ribu klaim, dari sebelumnya 207 ribu.

Terakhir pada Jumat, ada banyak data yang akan dicermati investor. Mulai dari data ekspor dan impor China tahunan per Desember 2021, neraca dagang Britania Raya, penjualan ritel AS, hingga sentimen konsumen AS yang diterbitkan Universitas Michigan.

Untuk yang disebut terakhir, indeks Keyakinan konsumen AS per Januari 2022 diprediksi akan turun ke level 70, dari posisi Desember di level 70,6.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak Nih! Deretan Kabar 'Hot' buat Pekan Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular