Indonesia Jadi Produsen CPO, Minyak Goreng Kok Tetap Mahal?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
06 January 2022 16:40
Ilustrasi Minyak Goreng (Pexel)
Foto: Ilustrasi Minyak Goreng (Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak goreng terus mengalami kenaikan secara signifikan pada akhir tahun 2021 lalu hingga memasuki awal tahun 2022.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada 29 Desember lalu hanya Rp 18.400/Kg. Pada 5 Januari 2022 atau kemarin, menyentuh Rp 18.550/Kg, atau naik 0,81%

Kemudian Minyak Goreng Kemasan Bermerk 1 pada 30 Desember 2021 harganya Rp 20.600/Kg. Sementara kemarin menjadi Rp 20.800/Kg, naik 0,97%. Begitu juga Minyak Goreng Kemasan Bermerk 2. Di mana pada 30 Desember masih Rp20.030/Kg, kemarin menjadi Rp Rp 20.300/Kg atau meningkat 1,34%.

Terbaru harga minyak goreng akhirnya turun. Ini terjadi setelah pemerintah memberikan respons tegas terhadap harga yang melesat beberapa waktu terakhir.

Pemerintah memutuskan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng di tingkat konsumen maksimal Rp14.000 per liter. Hal ini merespons lonjakan harga minyak goreng yang terjadi di Indonesia. Keputusan ini akan berlaku hingga 6 bulan ke depan dan akan dievaluasi Mei 2022.

Pemerintah juga akan menggelontorkan dana sebesar Rp3,6 triliun untuk menutup selisih harga minyak goreng yang ditetapkan dengan HET Rp14.000 per liter untuk menanggung Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

 

Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata nasional untuk harga minyak goreng kemasan bermerk 1 di pasar tradisional hari ini (6/1/2021) tercatat Rp 20.400/kg. Turun Rp 350 (1,69%) dibandingkan kemarin.

Meski begitu, harga produk ini masih bertahan di level tinggi. Dibandingkan sebulan lalu, harga masih lebih tinggi Rp 750 (3,82%).

Lonjakan harga CPO dunia yang naik menjadi US$ 1.340/MT ikut menyebabkan harga minyak goreng ikut naik cukup signifikan, selain juga faktor lain yakni kenaikan harga minyak nabati dunia.

Hingga Selasa (5/1), harga CPO kontrak berjangka 3 bulan untuk pengiriman Maret 2020 di Bursa Malaysia tercatat di posisi MYR 5.036/ton. Angka tersebut sudah melesat 30,77% dibandingkan dengan posisi enam bulan lalu. Sementara, dalam sejak awal tahun lalu (20 Januari 2021), harga minyak sawit sudah melonjak 56,35%.

Emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) utama sudah melaporkan kinerja per kuartal III (September) 2021. Mayoritas emiten berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih selama 9 bulan pertama tahun ini, di tengah melonjaknya harga CPO secara global.

Berdasarkan laporan keuangan 15 emiten sawit yang hingga akhir September 2021, mayoritas emiten tersebut memiliki kinerja yang cemerlang.

Sebagai catatan, data yang digunakan di bawah ini merupakan laporan keuangan konsolidasian. Dalam hal ini, ada emiten yang memiliki total pendapatan atau penjualan selain di produk sawit serta turunannya, seperti PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT).

Selain mengandalkan produk sawit, ANJT juga memiliki pendapatan dari segmen tepung sagu, edamame dan lain-lain--kendati dalam porsi yang sangat kecil (0,83%).

Emiten Grup Sinar Mas PT SMART Tbk (SMAR) tercatat memiliki laba bersih terbesar per kuartal III 2021, melonjak hingga 736% menjadi Rp 1,79 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 214,72 miliar.

Emiten kecil seperti Pinago Utama (PNGO) dan ANJT laba bersihnya mampu tumbuh ribuan persen secara tahunan pada akhir September kemarin.

Laba perusahaan juga melonjak hingga 736% menjadi Rp 1,79 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 214,72 miliar.

Emiten sawit Grup Salim, Salim Ivomas Pratama (SIMP), bahkan mampu membalikkan posisi dari semula rugi Rp 1722 miliar menjadi untung Rp 563 miliar.

Selanjutnya ada juga Bakrie Plantation (UNSP) yang meski masih mengalami kerugian, tetapi nilainya mampu terpangkas 94%.

Dua perusahaan tercatat keuntungannya menyusut, dengan Eagle High Plantation milik Peter Sondakh menjadi satu-satunya emiten yang kerugiannya semakin menggelembung, bertambah 134% menjadi rugi Rp 1,73 triliun.

Berikut secara lengkap kinerja laba emiten CPO.

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular