"Dibantu" China, Dolar Australia Perkasa Lawan Rupiah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 06/01/2022 10:01 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia masih kuat melawan rupiah dan berada di level tertinggi dalam 6 pekan terakhir. Kabar baik dari China membantu dolar Australia tetap perkasa.

Pada pukul 9:17 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.379,51, dolar Australia menguat 0,16% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Setelah jeblok 0,85% di awal pekan ini, dolar Australia kemudian berbalik menguat tajam. Di hari Selasa melesat 0,9% dan sempat berlanjut lebih dari 0,8% kemarin sebelum akhirnya terpangkas.


Pergerakan tersebut tidak lepas dari isu China. Terbaru, data dari China menunjukkan aktivitas sektor jasa mengalami peningkatan ekspansi di bulan Desember. Data yang dirilis Markit/Caixin tersebut menggunakan purchasing managers' index (PMI) dilaporkan naik menjadi 53,1 dari bulan November.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, di atas artinya ekspansi.

Rilis tersebut sekaligus mematahkan ekspektasi penurunan menjadi 51,9.

Sebelumnya di awal bulan ini, Markit/Caixin juga melaporkan sektor manufaktur kembali berekspansi, setelah mengalami kontraksi di bulan sebelumnya.

China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika perekonomianya berputar lebih kencang, maka permintaan impor dari Negeri Kanguru akan meningkat. Perekonomian Australia juga akan terangkat, dan mendongkrak nilai tukar dolarnya.

Sebelumnya di awal pekan ini dolar Australia jeblok setelah China dihadapkan pada masalah supply batu bara. Sebab, pemerintah Indonesia, yang merupakan supplier batu bara terbesar, melarang ekspor selama 1 bulan.

China merupakan konsumen terbesar batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik, tentunya diperkirakan akan terkena dampaknya.

Sekitar 60% pembangkit listrik China bertenaga batu bara, sehingga ketika supply batu bara terganggu, maka akan berdampak pada supply listrik, dan pada akhirnya menghambat laju perekonomian.

Belum lama ini, China terpaksa melakukan pemadaman bergilir karena menipisnya pasokan batu bara di pembangkit listrik. Kebijakan ini membuat produksi industri di Negeri Tirai Bambu sempat jatuh.

Namun, China yang diperkirakan tidak akan terganggu akibat pelarangan ekspor batu bara Indonesia.

Lin Boqiang, direktur China Center for Energy Economics Research di Xiamen University, mengatakan dampak yang diberikan dari pelarangan ekspor tersebut ke China akan terbatas, sebab impor batu bara China hanya berkontribusi 10% dari total kebutuhan. China masih mengandalkan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan batu bara.

"Dampak pelarangan ekspor Indonesia terhadap supply batu bara China akan terbatas dan bisa dikendalikan, sebab China sangat bergantung pada produksi dalam negeri, dan impor hanya menyumbang 10% saja" kata Lin, sebagaimana dilansir Global Times, Selasa (4/1).

Ia menambahkan, sejak pertengahan 2021, pemerintah China mengambil kebijakan yang intensif guna meningkatkan supply batu bara, dengan peningkatan kapasitas produksi. Kini fluktuasi impor dikatakan tidak akan memberikan dampak yang besar ke supply batu bara China.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat Hingga 1% Saat Rupiah Anjlok