Dolar AS Naik, Harga Tembaga Menukik

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 January 2022 16:05
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga jatuh seiring dengan dolar yang menguat. Sementara ketidakpastian atas dampak penyebaran cepat varian virus corona Omicron juga membebani.

Pada Selasa (4/1/2021) pukul 14:20 WIB harga tembaga di bursa logam Amerika tercatat US$ 4,38/ton, turun 0,9% dibandingkan harga penutupan kemarin.

TembagaSumber: Investing

Indeks dolar AS (DXY) telah menguat 0,71% dari harga terendah dalam sebulan menjadi US$ 96,25. Kenaikan ini membebani laju tembaga karena membuat logam yang dijual dengan greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Ekspektasi dolar AS untuk menguat tahun ini dan penguatan dolar dapat mengekang reli harga lebih lanjut pada logam industri, kata Wong Min Hao, manajer komoditas Phillip Futures di Singapura.

Di samping kekhawatiran atas situasi virus corona yang terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi di konsumen utama China juga akan menjadi fokus tahun ini dan tindakan bank sentralnya kemungkinan akan mempengaruhi sentimen pasar, tambah Wong.

Pertumbuhan ekonomi China rawan melambat karena sektor properti yang terpukul oleh ketidakmampuan membayar hutang jumbo. Properti dan konstruksi adalah penyumbang permintaan terbesar tembaga.Sehingga jika sektor ini lesu, maka prospek permintaan tembaga juga akan menurun.

China adalah konsumen tembaga terbesar di dunia dengan menyumbang sekitar 50% dari konsumsi dunia. Sehingga, guncangan pada keseimbangan pasar tembaganya memiliki dampak global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular