Hari Kedua di Bursa, Saham ADMR Tembus ARA & Jadi Top Gainers
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pertambangan batu bara metalurgi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) kembali melesat hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 35% di penutupan sesi I perdagangan hari ini, Selasa (4/1/2022). Ini kali kedua setelah pada debut hari pertama kemarin, Senin (3/1/2022), ADMR juga menembus batas ARA.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham anak usaha emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tersebut naik 34,81% ke level Rp 182 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham ADMR mencapai Rp 3,86 miliar dan volume perdagangan 21,22 juta saham.
Dengan kenaikan tinggi tersebut, saham ADMR juga menempati posisi top gainers alias saham dengan kenaikan terbesar hingga paruh pertama perdagangan hari ini.
Sementara kemarin, pada hari pertama penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), saham ADMR ditutup dengan kenaikan 35,00%.
Dengan demikian, dalam dua hari perdagangan di bursa, saham ADMR naik 69,81%.
Saat ini, nilai kapitalisasi pasar saham ADMR mencapai Rp 7,44 triliun.
Berdasarkan prospektus IPO, Adaro Minerals melepas 6.048.580.000 dengan nominal Rp 100 per saham atau setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. ADRO meraup dana segar Rp 604,85 miliar melalui aksi korporasi ini.
Sebesar 58,3% dana IPO akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usaha, PT Maruwai Coal (MC), untuk belanja modal berupa perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara serta infrastruktur pendukung.
Kucuran pinjaman itu diberikan dalam rangka meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi dalam rangka keperluan pengembangan teknik penambangan di Lampunut dalam kurun waktu tahun 2022 sampai dengan 2023.
Kemudian, sisa dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok pinjaman perusahaan pada Adaro Energy.
Secara kinerja, perusahaan mencatatkan laba tahun berjalan Rp US$ 44,99 juta atau Rp 638,85 miliar per 31 Desember 2021 lalu. Nilai ini berbanding terbalik dengan posisi di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian US$ 18,63 juta.
Pendapatan usaha perusahaan pada periode ini mencapai US$ 206,62 juta atau Rp 2,93 triliun. Naik signifikan dari posisi akhir Agustus 2020 yang sebesar US$ 74,79 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/dhf)