
Manufaktur China Ekspansif, Harga Tembaga Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga menguat karena aktivitas manufaktur China yang meningkat membuat prospek permintaan negara konsumen utama tersebut meningkat.
Pada sesi terakhir perdagangan tahun lalu (31/12/2021), harga tembaga tercatat US$ 9.720,5/ton. Naik 0,3% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
![]() |
Aktivitas pabrik China secara tak terduga meningkat pada bulan Desember di tengah peningkatan kasus COVID-19 (Coronavirus Disease 201). Aktivitas manufaktur yang dicerminkan denganPurchasing Managers' Index(PMI) China pada bulan Desember sebesar 50,3. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 50,1.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Jadi, negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih ekspansif pada bulan terakhir 2021.
China memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga logam, termasuk tembaga. Hal ini karena China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54 persen dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista.
Tahun ini tembaga diperkirakan akan mengalami surplus pasokan dari tahun sebelumnya mengalami defisit. Hal ini akan membuat pertumbuhan harga tembaga tidak sekuat tahun 2021.
Pasar tembaga global diperkirakan mengalami surplus 328.000 ton pada 2022 setelah defisit 42.000 ton tahun ini, kata Kelompok Studi Tembaga Internasional (ICSG).
"Outputpada 2022 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,9% karena terus pulih ke tingkat pra-pandemi di sejumlah negara, terutama Peru," kata ICSG dalamlaporannya.
Analis dari Citi memprediksi harga tembaga pada awal tahun 2022 sebesar US$ 8.600, lebih rendah dari harga tembaga saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat