It's A New Year! Ini Dia Saham yang Bakal Beri Cuan di 2022

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
03 January 2022 08:02
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal menembus level 7.000-an pada 2022 seiring pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Sejumlah sektor, terutama yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, bisa melanjutkan kinerja positifnya tahun ini.

Sebelumnya, pasar saham Tanah Air sukses membukukan kinerja positif di sepanjang tahun 2021. Hal ini tercermin dari IHSG yang mencatatkan kenaikan sebesar 10% secara year-to-date (ytd).

Di tahun 2022, harapan ekonomi akan melanjutkan tren pemulihan terbuka. Para pelaku pasar optimis ekonomi RI bisa tumbuh dengan laju 5% seperti sebelum pandemi. Dengan proyeksi tersebut, beberapa analis memperkirakan IHSG bakal mencatatkan kinerja yang positif tahun depan.

Baik analis lokal maupun asing sepakat bahwa IHSG dapat memberikan return positif tahun ini. Macquarie Sekuritas, misalnya, memproyeksikan laba emiten (Earning Per Share/EPS) bisa tumbuh 20-25% sehingga target IHSG bisa menyentuh level 7.400 di tahun 2022.

Kemudian, prediksi dari Tim Riset Valbury Sekuritas menyebut IHSG dapat bergerak di rentang 7.295 untuk proyeksi paling konservatif. Sementara, untuk proyeksi dengan skenario moderat dan optimis target IHSG berada di 7.572 dan 7.850.

Tone bullish juga disampaikan oleh Mirae Sekuritas yang memperkirakan IHSG bisa tembus level 7.600 bahkan 8.000 di tahun 2022.

Tidak hanya itu, BRI Danareksa Sekuritas juga memprediksi IHSG bisa mencapai level 7.300-7.500 poin di tengah semakin percaya dirinya masyarakat dengan kondisi pandemi yang tengah masih berlangsung.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia juga memprediksi IHSG akan meluncur ke 7.030 dalam proyeksi normal, level 6.190 dalam proyeksi paling pesimistis (bear case), dan mencapai 7.810 dalam proyeksi optimistis (bull case) sepanjang 2022.

Sementara itu view yang cukup konservatif disampaikan oleh MNC Sekuritas yang memprediksikan IHSG tembus 7.150 dengan prediksi EPS dapat tumbuh 15%.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia sebelumnya, secara historis dalam dua dekade terakhir, median return (tingkat pengembalian investasi) IHSG memang cenderung positif di angka 15%. Jika menggunakan angka ini untuk target upside IHSG 2022, maka memang IHSG bisa mencapai level 7.590 dengan mempertimbangkan level penutupan akhir tahun ini di 6.581.

Lalu, saham sektor mana saja yang berpotensi moncer pada tahun ini?

Baca di halaman selanjutnya >>>

Salah satu sektor yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti perbankan, diprediksi akan kembali menjadi penopang IHSG tahun ini.

NH Korindo Sekuritas, misalnya, melihat sektor perbankan terus melihat peningkatan rasio dana murah aliash Current Account Saving Account (CASA), di tengah tingkat suku bunga yang rendah.

Sementara, dari sisi aset, pertumbuhan kredit ditargetkan sebesar 9%-9,3% pada tahun 2021, di tengah adanya dengan insentif seperti relaksasi pajak barang mewah (PPnBM) properti dan pajak pertambahan nilai (PPN).

"Kami melihat bahwa ekspansi Net Interest Margin (NIM) [margin bunga bersih] difokuskan pada topline, karena tidak ada lagi ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. Hal ini membuat perbankan fokus menurunkan Cost of Fund (CoF) dengan terus meningkatkan rasio CASA," jelas analis NH Korindo Sekuritas, dikutip CNBC Indonesia, Senin (3/1/2022).

Namun, catat NH Korindo, persaingan untuk dana pihak ketiga (DPK), akan tetap menantang di antara bank-bank kecil.

Kemudian, khusus saham-saham bank digital atau bank mini (dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun) yang pada tahun 2021 sudah melonjak 'gila-gilaan', investor masih perlu mencermati kemungkinan aksi korporasi lanjutan dari bank digital.

Investor dapat memilih saham-saham bank digital yang memiliki ekosistem dan dibekingi oleh investor strategis yang kuat.

Selain sektor perbankan, sektor lain yang juga sensitif terhadap kondisi ekonomi adalah properti, konstruksi, dan ritel.

Untuk ritel, seiring Indonesia mulai melonggarkan pembatasan pergerakan masyarakat (PPKM) semenjak triwulan terakhir tahun lalu, sektor ini diharapkan mampu memanfaatkan momentum tersebut untuk melanjutkan pemulihan di 2022.

Sektor properti dan konstruksi juga akan diuntungkan dengan pemulihan ekonomi, pelonggaran mobilitas orang, dan daya beli masyarakat pada tahun ini.

Kebijakan pelonggaran LTV 0% yang masih diberlakukan juga menjadi katalis positif untuk sektor properti.

Sektor yang perlu disimak lainnya pada tahun ini adalah sektor telekomunikasi dan berikut sektor menara.

Ekonomi digital yang semakin bertumbuh, diiringi dengan traffic internet yang semakin ramai kala pandemi dan dukungan pemerintah terhadap konsolidasi raksasa telko baru-baru ini, menjadi sentimen positif bagi sektor telekomunikasi di 2022.

Dua sektor lagi yang berpotensi punya rapor ciamik pada tahun ini adalah sektor transportasi dan teknologi.

Sektor transportasi mengalami pemulihan secara signifikan pada 2021. Menurut data Badan Statistik Indonesia, sebagaimana dikutip NH Korindo, pertumbuhan sektor transportasi pada kuartal II 2021 sebesar 25,1% secara tahunan (yoy) yang merupakan peningkatan terbesar di antara semua industri.

Menurut catatan NH Korindo, faktor kunci yang mendukung pertumbuhan tersebut adalah meningkatnya mobilitas penumpang dari semua mode transportasi dan peningkatan volume kargo dari kegiatan ekspor impor.

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memperkirakan, industri ini akan tumbuh sebesar 7% pada tahun 2021 dan diprediksi terus membaik hingga mencapai tingkat pra-pandemi dengan pertumbuhan lebih dari 10%.

"Pesatnya peningkatan transaksi e-commerce juga akan memainkan faktor kunci di tahun-tahun mendatang. Nilai transaksi dari e-commerce diperkirakan akan meningkat sebesar 20% setiap tahun hingga tahun 2025," jelas analis NH Korindo.

Terakhir, sektor teknologi yang sempat mengguncang bursa saham RI pada tahun lalu, kendati kemudian cenderung loyo pada paruh kedua 2021.

Pesatnya transformasi digital dan ekonomi digital akan menjadi penopang utama sektor teknologi. Pandemi Covid-19 yang membuat orang membatasi jarak fisik juga membuat tren belanja online semakin digandrungi.

Saat ini, mengacu pada data yang dihimpun NH Korindo, pangsa belanja online mencakup 21,7% dari total pasar ritel di Indonesia. Adapun nilai Gross Market Value (GMV) dari transaksi e-commerce diproyeksikan akan tumbuh secara CAGR hingga 20% pada 2025.

Sejumlah aturan khusus dari pihak regulator untuk sektor teknologi juga bisa menjadi katalis positif.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini menerbitkan aturan mengenai penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel oleh emiten atau multi voting share (MVS). Aturan ini dikhususkan mengakomodasi perusahaan berbasis teknologi melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Indonesia.

Selain itu, rencana IPO dari perusahaan teknologi raksasa, seperti GoTo, Traveloka, hingga jasa kurir SiCepat akan menjadi sentimen positif juga untuk sektor teknologi pada 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular