Batu Bara di 2021 Superior, 2022 Gimana?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 January 2022 11:30
pembangkit energi geothermal
Foto: Ilustrasi (Photo by Fusun Tut on Unsplash)

Ada tiga alasan kuat kenapa harga batu bara bisa melonjak tinggi sepanjang tahun ini. Pertama, ekonomi global pulih dari keterpurukan tahun 2020.

Ekonomi global pada tahun 2021 diproyeksikan tumbuh 5,9%, menurut IMF. Sebelumnya, pada tahun 2020 ekonomi dunia tumbuh negatif 4,9% akibat infeksi virus corona (Coronavirus Disease 2019/COVID-19).

Virus yang pertama kali diidentifikasi pertama kali di Wuhan tersebut, memaksa banyak negara membatasi mobilitas masyarakat dengan ketat demi meminimalisir penyebaran. Akibatnya roda ekonomi menjadi terhenti.

Situasi ini berdampak pada permintaan batu bara dari industri turun seperti dari pembangkit listrik, peleburan logam, dan pabrik semen. Akibatnya, pada tahun 2020 permintaan batu bara dunia turun 4,4%, menurut catatan IEA.

Kedua, permintaan untuk kebangkitan listrik yang meningkat didorong oleh pemulihan industri dan cuaca. IEA mengatakan pembangkit listrik tenaga batu bara tahun 2021 diperkirakan meningkat 9% menjadi 10.350 terawatt-hours (TWh). Ini merupakan rekor tertinggi baru sepanjang masa.

Industri di berbagai negara meningkat pesat pada tahun 2021 tercermin dari indeks manufaktur yang masuk zona ekspansi. Contohnya saja China, konsumen batu bara terbesar di dunia yang sepanjang tahun 2021 rata-rata berada ada di zona ekspansi.

Selain itu, cuaca ekstrim juga menjadi penyebab permintaan batu bara untuk pembangkit listrik meningkat. Saat musim dingin keadaan sangat dingin dan musim panas yang terik mendorong penggunaan pemanas dan pendingin ruangan yang lebih tinggi.

Ketiga harga gas ke level tertinggi sepanjang masa karena masalah pasokan mendorong permintaan batu bara. Harga gas global berdasarkan acuan Henry Hub melonjak 46,91% sepanjang tahun 2021.

Lonjakan harga gas alam sebagian disebabkan oleh lonjakan permintaan dan musim dingin yang akan datang di Eropa membuat persediaan gas alam dari musim panas lalu makin menipis.

Sementara itu, penurunan produksi gas di Eropa, kondisi cuaca di AS yang memburuk, dan adanya pemeliharaan telah menciptakan pasar gas yang lebih ketat dan mempersulit pengisian kembali pasokan gas menjelang musim dingin mendatang di seluruh wilayah.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular