
Jejak Saham IPO: Banyak yang Bikin FOMO & Kena PHP

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada tahun ini diwarnai oleh sejumlah nama-nama besar dengan raupan dana yang jumbo dan memecahkan rekor. Sejumlah besar saham IPO tercatat sukses melesat bak meteor hingga ribuan persen sepanjang tahun ini, tetapi hampir 41% saham sisanya malah terbenam di zona merah.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Senin (27/12/2021), terdapat 54 emiten yang melakukan penggalangan dana IPO sepanjang 2021.
Rekor raihan dana IPO tertinggi, baik pada 2021 dan dalam sejarah bursa RI, dipegang oleh perusahaan e-commerce PT Bukalapak.com (BUKA) yang pada 6 Agustus lalu meraup Rp 21,90 triliun.
Di posisi kedua, ada anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel yang mendulang Rp 18,79 triliun dalam IPO pada 22 November lalu. Rekor IPO MTEL juga merupakan yang kedua tertinggi sepanjang sejarah.
Lantas, bagaimana kinerja saham IPO sepanjang 2021?
Apabila menilik data di atas, sebanyak 32 dari 54 saham IPO berhasil memiliki rapor positif sejak debut di bursa. Sementara, 22 saham sisanya malah loyo alias minus.
Sementara, 'hanya' sebanyak 23 saham IPO yang berhasil naik di atas kenaikan IHSG secara year to date (ytd) yang sebesar 9,97%. Itu berarti, sebanyak 31 saham 'anak baru' di bursa atau 57,41% dari total saham IPO memiliki kinerja di bawah performa IHSG sejak awal tahun.
Saham IPO Jawara
Nah, sang jawara saham IPO tahun ini disematkan kepada emiten data Center milik pengusaha Otto Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Saham DCII memang tampil fenomenal. Sejak IPO pada 6 Januari 2021 di harga Rp 420/saham, saham DCII telah 'meroket ke angkasa' dengan persentase 8.209,52% ke posisi Rp 34.900/saham per Senin (27/12).
Tak pelak lagi, saat ini saham DCII menjadi saham dengan harga tertinggi di bursa, melampaui harga saham produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang senilai Rp 31.350/saham.
Bahkan, saham DCII sempat melonjak tinggi sampai 14.000% dan menyentuh harga Rp 59.000/saham sebelum disuspensi (penghentian saham sementara) oleh bursa pada 16 Juni lalu.
Kenaikan saham DCII memang terjadi sejak awal debut seiring ramai diborong investor pada awal tahun.
Kemudian, saham DCII semakin melonjak setelah pemilik Grup Salim Anthoni Salim kembali menambah kepemilikan di saham tersebut awal Juni lalu. Dengan demikian, kepemilikan Bos Indofood tersebut di DCII bertambah dari semula 3,03% menjadi 11,12%.
Lonjakan harga yang signifikan pada tengah tahun ini, membuat pihak bursa mensuspensi saham DCII selama 17 Juni hingga 10 Agustus atau hampir 2 bulan.
Melejitnya saham DCII, dan juga saham 'saudaranya' PT Indointernet Tbk (EDGE) sebesar 211,53% sepanjang tahun ini turut membuat ketiga pemiliknya masuk ke dalam daftar 50 besar orang paling tajir di Indonesia.
Menurut laporan Forbes teranyar, Presiden Direktur DCII Otto Toto Sugiri menempati peringkat ke-19 orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 35,75 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$).
Kemudian, Marina Budiman adalah partner bisnis lama Toto Sugiri. Ia adalah salah satu pendiri dan Presiden Komisaris DCII. Saat ini, Marina Budiman menduduki peringkat ke 30 orang paling kaya di Indonesia dengan pundi-pundi kekayaan US$ 1,5 miliar.
Selain Toto dan Marina, satu nama lagi yang turut ketiban berkah DCII adalah Han Arming Hanafia. Han ikut mendirikan DCI Indonesia bersama Toto Sugiri dan Marina Budiman sepuluh tahun silam.
Tahun ini, Han Arming Hanafia bercokol di peringkat 37 orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan US$ 1,19 miliar.
Selain DCII, ada 3 saham IPO lainnya yang berhasil meroket hingga ribuan persen. Pertama, saham BEBS yang melambung 5.150% sejak IPO pada 10 Maret 2021.
Harga saham emiten produsen beton ready mix dan precast semakin melonjak sejak kabar ustaz Yusuf Mansur (UYM) masuk ke saham tersebut.
Diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya, 25 Agustus 2021, UYM menyatakan, pada Juni 2021 pihaknya telah menekan kontrak kerjasama dengan BEBS lewat PT Apel Mas Indonesia (AMI), perusahaan air minum milik UYM.
Kerja sama senilai Rp 125 miliar akan digunakan untuk membangun pabrik air mineral AMI. Hanya saja, tidak dijelaskan besaran pembelian saham BEBS oleh Yusuf Mansur.
Setali tiga uang, saham BANK dan UFOE juga berhasil melonjak tinggi masing-masing sebesar 2.230,10% dan 1.558,42% sejak debut mereka di bursa.
Baca di halaman selanjutnya >>> Nasib Saham IPO 'Boncos'