2021 In Review

'Hujan Duit' Segera Reda, Ini Efek Mengerikan Buat RI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 December 2021 08:15
Jerome Powell
Foto: Reuters

"Hujan duit" yang membuat perekonomian global bangkit memang bisa memicu kenaikan inflasi. Tetapi kenaikan tersebut malah semakin berlipat akibat meroketnya harga energi serta masalah rantai pasokan.

Alhasil, inflasi tinggi melanda negara-negara Barat dan banyak negara Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat pada bulan November tumbuh 6,8 (yoy) menjadi yang tertinggi sejak 1982 lainnya. The Fed menggunakan inflasi yang dilihat dari personal consumption expenditure (PCE) sebagai acuan.

Departemen Perdagangan AS pekan lalu melaporkan inflasi PCE di bulan November melesat 5,7% (yoy). Inflasi November tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Juli 1982.

Sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7%, tertinggi sejak September 1983.

us

Dengan tingginya inflasi tersebut dan perekonomian AS yang kuat, The Fed mempercepat normalisasi kebijakan moneter. 'Hujan duit' di Negeri Paman Sam mereda, bahkan akan berakhir dalam 3 bulan ke depan.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/12) dini hari waktu Indonesia Ketua The Fed, Jerome Powell, beserta kolega secara agresif mempercepat normalisasi kebijakan moneternya,

Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 15 miliar. QE The Fed saat ini nilainya US$ 90 miliar sehingga mulai bulan Januari QE The Fed nilainya sebesar US$ 60 miliar, dan terus dikurangi setiap bulannya, hingga berakhir di bulan Maret.

Selain itu The Fed juga memproyeksikan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.

Tidak hanya The Fed, bank sentral lainnya juga melakukan hal yang sama. ECB mengumumkan akan menghentikan program QE pada Maret tahun depan, kemudian BoJ juga mengurangi pembelian aset mulai April 2022.

Yang paling mengejutkan, BoE yang menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,25% dari rekor terendah 0,1%.

Inflasi yang tinggi juga menjadi alasan BoE menaikkan suku bunga. Di bulan November inflasi tumbuh 5,1% (yoy), tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dan jauh di atas target BoE sebesar 2%.

Kenaikan suku bunga BoE tersebut terbilang mengejutkan, sebab mayoritas ekonom yang disurvei Reuters memprediksi suku bunga akan dipertahankan.

Kebijakan tersebut bisa memberikan gambaran jika bank sentral negara maju, The Fed bisa menaikkan suku bunga lebih cepat dari prediksi.

Hal tersebut menjadi risiko besar yang harus dihadapi pasar finansial Indonesia di tahun depan, sebab bisa memicu capital outflow seperti disebutkan di halaman sebelumnya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Yield Tinggi Untungkan Rupiah, BI Jaga Stabilitas

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular