2021 in Review

Saham BUMN 2021: Cuma 7 yang Cuan Euy...

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
31 December 2021 15:23
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten BUMN cenderung melemah sepanjang 2021, dengan hanya 7 dari 20 saham yang memiliki kinerja positif. Saham BUMN yang cuan didominasi oleh sektor perbankan, sedangkan saham-saham BUMN Karya terbenam di zona merah.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terkerek naik 10,08% ke posisi 6.581,48 per perdagangan terakhir pada tahun ini, Kamis (30/12/2021).

Berikut daftar kinerja saham pelat merah sepanjang 2021:

Kinerja 20 Saham BUMN Sepanjang 2021

No

Kode Ticker

Return 2021 (%)

1

TLKM

22.05

2

ANTM

16.28

3

BMRI

11.07

4

BJTM

10.29

5

BBNI

9.31

6

BBRI

2.09

7

BBTN

0.29

8

TINS

-2.02

9

PTBA

-3.56

10

BJBR

-13.87

11

JSMR

-15.98

12

PGAS

-16.92

13

BRIS

-20.89

14

ELSA

-21.59

15

WSKT

-33.76

16

SMGR

-41.65

17

ADHI

-41.69

18

KAEF

-42.82

19

WIKA

-44.33

20

PTPP

-46.92

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari 20 saham di atas, hanya 7 saham yang menguat, yakni emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), emiten tambang PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Kemudian, 5 sisanya diisi oleh saham bank, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Jatim Tbk (BJTM)--catatan saja, BJTM sejatinya BUMD-, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

Saham TLKM berhasil melonjak 22,05% ke Rp 4.040/saham, ditopang oleh kinerja ciamik sepanjang tahun.

Menurut data laporan keuangan perseroan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk (laba bersih) Telkom tercatat naik 13,15% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 18,87 triliun per akhir September 2021 dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 16,68 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan penjualan dan pendapatan konsolidasi perseroan sebesar 6,11% secara tahunan, dari Rp 99,94 triliun per kuartal III 2020 menjadi Rp 106,04 triliun pada kuartal ketiga 2021.

Asing juga banyak memborong saham TLKM, terlihat dari data beli bersih Rp 9,29 triliun sejak awal 2021.

Kenaikan saham-saham bank juga didukung oleh rapor keuangan yang positif. Saham BMRI, misalnya, terkerek naik 11,07% ke Rp 7.025/saham sepanjang 2021. Asing melakukan beli bersih Rp 4,63 triliun.

Hingga kuartal III 2021 atau per September 2021, Bank Mandiri mampu mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 19,23 triliun, tumbuh 37,1% secara year on year (YoY) dari sebelumnya Rp 14,03 triliun.

Tercatat, hingga akhir September 2021, laju kredit perseroan secara konsolidasi mampu tumbuh positif sebesar 16,93% YoY menjadi Rp 1.021,6 triliun yang juga diimbangi dengan CASA Ratio Bank Mandiri (bank only) yang meningkat sebesar 7,15% year on year (YoY) yakni di level 74,57%.

Berbeda nasib, saham 5 BUMN Karya menjadi yang paling ambles pada tahun ini. Saham PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ambles berturut-turut 44,33% dan 46,92%.

Kemudian, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga merosot masing-masing sebesar 41,69%, 33,76%, dan 15,98%.

Amblesnya kinerja saham BUMN Karya terjadi di tengah permasalahan utang jumbo yang terus menghinggapi emiten BUMN Karya akhir-akhir ini. Apalagi pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Maret lalu juga semakin menghambat ekspansi emiten konstruksi.

Emiten BUMN Karya dengan utang terbesar saat ini adalah Waskita Karya. Di tengah keberhasilan mencatatkan laba bersih pada kuartal III, total kewajiban (liabilitas) Waskita masih tercatat naik 1,04% dibandingkan posisi akhir Desember 2020 menjadi Rp 89,93 triliun per akhir September tahun ini.

Setelah mengalami periode sulit, saat ini WSKT sedang perlahan-lahan berupaya keluar dari jerat utang yang sangat besar tersebut. Waskita akhirnya memperoleh restu pemerintah terkait penyertaan modal negara (PMN). Dengan restu itu, perseroan bakal melaksanakan penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue akhir tahun ini.

Untuk jadwalnya, perusahaan telah mendapatkan efektif untuk rights issue dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 16 Desember 2021 lalu.

Emiten bersandi WSKT itu menerima Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penyertaan Modal Negara (PMN) yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia. Dalam PP PMN tersebut, pemerintah sepakat menyuntikkan PMN sebesar Rp 7,90 triliun ke Waskita dari APBN 2021. Adapun pada tahun depan WSKT akan mendapatkan PMN sebesar Rp 3 triliun.

Pada awal November lalu, manajemen WSKT juga menegaskan akan mendivestasikan seluruh aset jalan tolnya hingga 2025 mendatang. Catatan saja, selain Waskita, emiten BUMN Karya lain yang mendapatkan PMN tahun depan adalah Adhi Karya dengan nilai sebesar Rp1,97 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan! Investasi di 5 Saham BUMN Ini Bisa Bikin Kipas-kipas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular