Sentimen Penggerak Pasar

Cari Cuan di Pekan Terakhir 2021? Baca Dulu Sederet Kabar ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 December 2021 17:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia pekan ini melemah dan keluar dari level psikologis 6.600. Hal itu diiringi peningkatan volatilitas perdagangan di tengah anjloknya nilai dan volume perdagangan.

Dalam sepekan, IHSG terkoreksi 0,59% secara point-to-point. Sedangkan pada perdagangan Jumat (17/12/2021) akhir pekan ini, IHSG hanya menguat tipis 0,11% ke level 6.562,9.

Koreksi mingguan tersebut melanjutkan koreksi sepekan sebelumnya yang sebesar 0,77%. Namun sepanjang Desember, IHSG masih terhitung menguat sebesar 0,44%.

IHSGFoto: IHSG

Mengawali pekan, IHSG anjlok 54,8 poin pada Senin. Koreksi terjadi mengikuti tren koreksi di bursa global akibat pandemi Covid-19. Meski pelaku pasar mendapati fakta bahwa varian terbaru virus Covid-19, yakni omicron terbukti tidak memicu gejala parah, pemerintah negara maju justru bersikap reaktif dengan melakukan pembatasan sosial (lockdown).

Belanda mulai memberlakukan lockdown penuh pada Minggu yang berlaku hingga pertengahan Januari. Jerman pada Senin lalu juga memperketat perbatasan dengan hanya mengizinkan warga negara dan pemukimnya, serta penumpang pesawat transit untuk memasuki wilayahnya.

Pada Kamis, mulai muncul sentimen positif mengenai studi di Afrika Selatan dan Inggris yang mengonfirmasi bahwa pmicron memiliki dampak terbatas, sehingga bursa berbalik menguat. Namun itu belum cukup untuk membangkitkan selera beli investor, karena perdagangan kian sepi memasuki libur Hari Raya Natal.

Mengacu data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), total nilai perdagangan sepekan hanya Rp 52,7 triliun, yang didapat dari transaksi 121 miliar saham sebanyak 6,3 juta kali. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 773,85 miliar.

Aksi jual terbesar menimpa saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), di mana investor asing mencetak net sell Rp 1,8 triliun. Saham otomotif PT Astra International Tbk (ASII) menyusul dengan nilai penjualan bersih Rp 723,3 miliar.

Dari sisi nilai total transaksi, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) memimpin dengan nilai perdagangan sepekan mencapai Rp 2,8 triliun, diikuti BBRI dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nilai yang sama besar yakni Rp 1,8 triliun.

Pasar saham minggu depan menjelang penutup tahun sepi sentimen. Ini karena data-data ekonomi bulanan sudah dirilis.

Namun, mata investor masih akan tertuju pada perkembangan kasus Covid-19 varian omicron yang terus menyebar. Per 23 Desember 2021, Badan Organisasi Kesehatan (WHO) melaporkan virus corona varian omicron sudah menyebar ke 110 negara.

Penyebaran itu membuat berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan. Hal tersebut membawa kecemasan terhadap potensi pemulihan ekonomi yang melambat.

Namun kecemasan investor karena kabar penyebaran omicron ini mulai diimbangi dengan hasil studi kasus terbaru yang mengungkapkan varian asal Afsel tersebut tidak lebih parah dibanding varian Delta.

Sebuah penelitian oleh London's Imperial College yang diterbitkan, Rabu (22/12/2021), menunjukkan risiko rawat inap di rumah sakit untuk pasien dengan varian omicron adalah 40%-45%. Angka itu lebih rendah daripada pasien dengan varian Delta.

"Secara keseluruhan, kami menemukan bukti pengurangan risiko rawat inap untuk omicron relatif terhadap infeksi Delta, rata-rata untuk semua kasus dalam periode penelitian," kata para peneliti tentang penelitian tersebut, yang menganalisis data dari kasus yang dikonfirmasi dengan uji PCR di Inggris antara 1 Desember dan 14 Desember.

Sebuah studi Afsel, juga menunjukkan pengurangan risiko rawat inap dan penyakit parah pada orang yang terinfeksi varian omicron dibandingkan Delta. Sebagai catatan, beberapa di antaranya mungkin karena kekebalan populasi yang tinggi.

Studi tersebut dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) dan universitas besar termasuk Universitas Witwatersrand dan Universitas KwaZulu-Natal.

Mereka menemukan risiko masuk rumah sakit kira-kira 80% lebih rendah bagi mereka yang terinfeksi omicron dibandingkan dengan delta, dan bagi mereka yang dirawat di rumah sakit, risiko penyakit parah kira-kira 30% lebih rendah.

Namun, mereka tetap memperingatkan agar jangan mengambil kesimpulan tentang karakteristik intrinsik omicron dengan mudah.

Selain itu, secara historis laju IHSG dalam minggu terakhir tahun berjalan, berakhir positif. Rata-rata dalam satu dekade kinerja bursa saham Indonesia tercatat tumbuh 0,85% tiap tahunnya.

Tahun 2021 menjadi kinerja terbaik dengan tumbuh 4,66% point-to-point. Sedangkan kinerja terburuk terjadi pada tahun 2011. Saat itu IHSG turun 1,95% dalam sepekan.

Selama satu dekade tercatat enam kali kinerja IHSG di pekan terakhir tahun berjalan mengalami kinerja positif. Sementara sisanya berakhir negatif.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pantau Suku Bunga Fed & Deviden Jumbo RI, IHSG Liar Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular