Kurs Dolar Singapura Bak Bola Bekel 3 hari Terakhir, Ada Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 December 2021 12:41
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura bergerak seperti bola bekel dalam 3 hari terakhir melawan rupiah. Jeblok di awal perdagangan, kemudian memantul dan menguat tipis sebelum kembali turun.

Pada pukul 13:19 WIB, SG$ 1 setara Rp 10,479.24, dolar Singapura melemah tipis 0,05% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan dolar Singapura sempat jeblok hingga 0,55%.

Pergerakan yang sama juga terjadi dalam dua hari sebelumnya, meski dengan persentase yang berbeda-beda.

Pergerakan tersebut mengindikasikan rupiah sedang perkasa akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus. Tetapi di sisi lain, dolar Singapura juga masih didukung ekspektasi pengetatan moneter di tahun depan.

Sentimen pelaku pasar membaik di pekan ini setelah kecemasan akan penyebaran virus corona Omicron sedikit mereda.

3 hasil studi yang menunjukkan virus corona varian Omicron menyebabkan pasien yang terinfeksi harus dirawat di rumah sakit lebih rendah ketimbang varian lainnya membuat sentimen pelaku pasar terus membaik. Artinya, pasien yang positif Omicron menunjukkan gejala yang lebih ringan ketimbang varian lainnya.

Studi tersebut dilakukan di Afrika Selatan yang merupakan asal Omicron, di Inggris yang saat ini kasusnya sedang meledak, dan di Skotlandia.

"Bagi kita sebagai individu, hasil studi tersebut menjadi sesuatu yang bagus," kata Relf Reintjes, profesor epidemiologi di Hamburg University of Applied Sciences, sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (23/12).

Tetapi ia juga menyatakan jika dilihat dari sudut pandang epidemiologi, penyebaran Omicron lebih cepat ketimbang varian sebelumnya. Jadi masyarakat dan sistem kesehatan masih dalam risiko tinggi.

Sementara itu, dari Singapura, Otoritas Moneternya (MAS) pada pertengahan bulan Oktober sudah mengetatkan kebijakan moneter yang membuat kurs dolar Singapura bangkit, dari sebelumnya berada di di bawah Rp 10.400/US$.

MAS berpeluang kembali mengetatkan kebijakan moneter, sebab inflasi di Singapura sedang tinggi. Kamis kemarin, Pemerintah Singapura melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di bulan November tumbuh 3,8% year-on-year (yoy), level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2013.

Selain itu, pada bulan lalu pemerintah Singapura melaporkan inflasi sektor produsen (producer price index/PPI) yang melesat ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. PPI bulan Oktober dilaporkan melesat 25,4% (yoy), jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 21,3% YoY. Inflasi sektor produsen tersebut menjadi yang tertinggi sejak Maret 1980.

Ketika inflasi sektor produsen tinggi, maka harga jual produk kemungkinan akan dinaikkan dan berdampak pada inflasi konsumen (CPI), yang menjadi pertimbangan MAS dalam mengetatkan kebijakan moneter.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular