Bursa Saham Negara-Negara Barat Melesat, IHSG Bakal Menyusul?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat hingga nyaris 0,6% di awal perdagangan Selasa kemarin. Tetapi menjelang akhir perdagangan justru berbalik melemah 0,37% ke 6.529,593.
Peluang IHSG kembali ke zona hijau terbuka cukup lebar pada perdagangan Kamis (23/12) melihat bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang kembali menghijau pada perdagangan Rabu waktu setempat. Kenaikan bursa saham negara-negara Barat tersebut juga signifikan, beberapa lebih dari 1%.
Meski penyebaran virus Omicron berdampak buruk, tetapi investor dikatakan melihat dalam jangka panjang.
"Dalam jangka pendek Omicron bisa berdampak negatif terhadap perekonomian dan laba perusahaan, tetapi investor saat ini menjadi semakin bullish melihat jangka yang lebih panjang," kata Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam sebuah catatan, sebagaimana dikutip CNBC International, Rabu (22/12).
Berlanjutnya penguatan bursa saham AS yang merupakan kiblat bursa saham dunia tentunya memberikan sentimen positif ke pasar Asia hari ini, termasuk IHSG.
Secara teknikal, jika melihat grafik harian IHSG kini semakin jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.600 hingga 6.610 yang sebelumnya merupakan support kuat.
MA 50 tersebut selalu menahan penurunan IHSG dalam 2 pekan terakhir. Ketika MA 50 ditembus dan tertahan di bawahnya, tekanan IHSG menjadi cukup besar.
IHSG juga belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.
Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Support terdekat kini berada di kisaran 6.525. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuat IHSG merosot ke 6.500. IHSG berisiko jeblok lebih dalam.
Sementara itu peluang rebound IHSG terlihat dari grafik 1 jam di mana indikator Stochastic masih dekat wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selama bertahan di atas 6.525, IHSG berpeluang menguat ke 6.570, sebelum menuju 6.600 hingga 6.610.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)