Bullish! Simak Rekomendasi Saham Pilihan Schroders di 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroder Investment Management Indonesia memprediksi pada 2022 mendatang pasar ekuitas dalam negeri masih akan memiliki prospek positif. Pasar saham dalam negeri dinilai masih memiliki valuasi yang lebih rendah ketimbang dengan pasar saham di negara peer.
Dalam riset yang dirilis oleh Schroders Indonesia, disebutkan bahwa kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara year to date (ytd) di akhir November menguat 9,3%, namun indeks saham ini masih diperdagangkan dengan price to earning (PE) 18,15x. Angka ini masih lebih rendah ketimbang dengan PE negara maju atau India yang berada di angka 22,86x.
"Dalam beberapa bulan terakhir, kinerja IHSG cukup baik mengikuti perbaikan kondisi covid di Indonesia dimana tingkat positif turun signifikan hingga di bawah 1% secara nasional. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa pemulihan covid hampir sepenuhnya tercermin dalam kinerja kuat IHSG secara tahunan," tulis riset tersebut, dikutip Rabu (22/12/2021).
Faktor pendorong lainnya adalah reformasi struktural dari pertumbuhan ekonomi, Omnibus Law, dan sovereign wealth fund alias Indonesia Investment Authority (INA). Selain itu, dana asing (capital inflow) juga diperkirakan akan deras masuk ke pasar saham dalam negeri.
Riset tersebut menuliskan, Indonesia akan terus menjadi penerima manfaat dari realokasi aset dari China. Selain itu, Indonesia juga diuntungkan dengan harga komoditas yang tinggi sementara ekonominya bergantung pada permintaan domestik.
"Kegiatan dan kesepakatan pasar modal yang akan datang juga akan membantu mendorong pasar ekuitas Indonesia dengan lebih banyak nama yang menarik bagi investor asing seperti ekonomi baru, keberlanjutan, dan perusahaan teknologi ternama."
Dari segi sektor, manajer investasi ini memilih bank-bank besar sebagai proksi utama pemulihan ekonomi. Selain itu sektor kesehatan dan konsumer akan dijadikan sebagai sektor defensif.
Sementara itu, sektor teknologi juga menjadi pilihan namun harus diperhatikan secara selektif untuk jangka panjang mengingat booming yang terjadi baru-baru ini di dalam negeri.
Sektor infrastruktur juga menarik untuk diperhatikan. Sementara itu, emiten di sektor komoditas juga disukai mengingat perkembangan EV dan energi hijau jangka panjang.
Sedangkan pilihan sahamnya, perusahaan ini memilih saham blue chip ketimbang mid-to-small cap yang mengalami kenaikan banyak di 2021.
"Nama-nama blue chip diuntungkan oleh aliran dana asing yang masuk ke Indonesia karena investor asing cenderung memilih saham-saham unggulan," tulis riset ini.
Dari segi indeks, antara IHSG dengan indeks LQ45 dan IDX80, IHSG telah mengungguli LQ45 dan IDX80 secara ytd dengan gap yang besar meskipun menyempit sejak awal tahun.
Kinerja LQ45 dan IDX80 yang kurang baik menunjukkan bahwa pasar telah didorong oleh saham berkapitalisasi menengah-kecil sedangkan saham blue chip tertinggal secara signifikan.
"Karena gap antar indeks masih besar, dengan LQ45 di 9% dan IDX80 di diskon 11% ke IHSG, kami menilai bahwa saham blue chip akan terus tampil untuk mempersempit gap kinerja."
(mon/hps)