
Bukan Batu Bara, Schroders Ramal Komoditas Ini Bakal Diburu!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham di dalam negeri dinilai akan kembali mengalami kenaikan mulai tahun ini dan terus tumbuh di tahun depan. Kenaikan ini terjadi setelah investor menarik dananya besar-besaran sejak tahun lalu hingga awal tahun ini karena keraguan atas kondisi pandemi di dalam negeri.
Bahkan PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders) memprediksi salah satu sektor yang bakal menjadi daya tarik investasi yakni sektor tambang nikel.
Presiden Direktur Schroders Michael Tjandra Tjoa mengatakan Indonesia saat ini sudah berada dalam posisi yang lebih baik. Bahkan Indonesia bisa membuktikan penanganan Covid-19 saat ini sudah lebih baik.
"Orang melihat bahwa we should start investing in Indonesia, kenapa? Kita tahu bahwa Covid-19 adalah problem yang mendasar terjadinya penurunan ekonomi dunia 2020, karena kita tahu bahwa pertumbuhan ekonomi jatuh, ada pembatasan lockdown dan membuat pertumbuhan ekonomi tidak mencapai titik yang diharapkan," kata Michael dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) X - 2021, Kamis (7/10/2021)
"Dan Indonesia sudah membuktikan diri problem ini, yes, terjadi dan bahkan menjadi kita mencapai tingkat yang dikhawatirkan sebelumnya dan kemudian kita bisa improve dengan signifikan," lanjutnya.
Di samping itu, kata Michael, saat ini potensi investasi makin besar dengan karena adanya new economy dari segi komoditas nikel. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara produsen nikel di dunia.
Nikel akan dilirik oleh investor sebagai energi masa depan seiring dengan juga mulai berkembangnya investasi yang mengedepankan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan atau Environmental, Social and Corporate Governance (ESG).
Adanya komoditas ini dinilai akan menjadi daya tarik, tidak hanya bagi investasi langsung (direct investment) namun juga pagi pasar keuangan di Indonesia.
"Produsen nikel terbesar ini akan dilihat, dipilih oleh investor karena ini menjadi the future energy karena kita masuk ke ESG maka kebutuhan nikel di kemudian hari sangat diperlukan di dunia. Sehingga semua nanti kita liat bahwa direct investment akan masuk ke Indonesia, masuk dalam sektor ini. Ini akan menjadi suatu hal yang menarik bagi market di Indonesia," ungkapnya.
Di samping adanya faktor ini, Michael menyebut bahwa saat ini investor kembali melirik Indonesia lantaran optimis dengan ekonomi yang sudah mulai bergerak kembali setelah penanganan Covid-19 yang dinilai membaik.
Hal ini terbukti dengan mulai menggeliatnya banyak perusahaan yang menumbuhkan ekspektasi pertumbuhan kinerja perusahaan. Juga didukung oleh mulai tumbuhnya kredit, penjualan otomotif hingga daya beli atau purchasing power.
"Ini menjadi optimistis bahwa investor untuk mulai melakukan investasi ke perusahaan publik di Indonesia," imbuh dia.
Namun demikian, memang terdapat risiko kenaikan tingkat suku bunga hingga inflasi. Namun kenaikan ini sejalan dengan pergerakan ekonomi.
"Tetapi kita tau bahwa inflasi naik akibat dari daya beli yang naik, akibat pertumbuhan ekonomi yang naik dan kalau itu terjadi kita tidak perlu khawatir dengan inflation. Karena kita tau ekonomi bertumbuh," jelasnya.
"Indonesia in much better positioning now dibandingkan dengan beberapa waktu lalu pada saat tapering terjadi."
Dia menjabarkan, saat ini posisi cadangan devisa senilai US$ 146 miliar, ini merupakan angka tertinggi, dibarengi dengan neraca perdagangan yang berada di posisi lebih baik dibanding sebelum pandemi Covid-19.
"Juga kita lihat bahwa interest rate kita juga masih memberikan prospek dibandingkan negara-negara lain," terangnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai Gagal Bayar Properti China, Bos Schroders Waspadai Ini!
