Market Cap TPIA-BBCA Melonjak, UNVR Merosot Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 December 2021 15:05
BCA

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan kinerja negatifnya pada pekan lalu, setelah pada pekan sebelumnya mencatatkan kinerja positif. Kembali terkoreksinya pasar saham Tanah Air karena investor kembali khawatir dengan adanya sentimen negatif yang hadir di pasar keuangan global pada pekan lalu.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tercatat melemah 0,77% sepanjang pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (17/12/2021) pekan lalu, IHSG ditutup menguat tipis 0,11% ke level 6.601,93.

Total nilai perdagangan indeks pada pekan lalu mencapai Rp 62,6 triliun, turun dari sebelumnya sebsar Rp 75,2 triliun. Investor asing pun kembali membukukan jual bersih sebesar Rp 2,12 triliun. Padahal pada pekan sebelumnya, terjadi beli bersih sebesar Rp 4,12 triliun.

Sementara itu dari sisi kapitalisasi pasar, BEI mencatat total 10 besar saham berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu naik tipis menjadi Rp 3.308 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 3.300 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten17 Des 2021No.Emiten10 Des 2021No.Emiten3 Des 2021
1.BCA/BBCA9151.BCA/BBCA9001.BCA/BBCA900
2.Bank BRI/BBRI6172.Bank BRI/BBRI6202.Bank BRI/BBRI626
3.Telkom/TLKM4063.Telkom/TLKM4113.Telkom/TLKM403
4.Bank Mandiri/BMRI3304.Bank Mandiri/BMRI3334.Bank Mandiri/BMRI330
5.Astra/ASII2355.Astra/ASII2405.Astra/ASII233
6.Bank Jago/ARTO2186.Bank Jago/ARTO2196.Bank Jago/ARTO209
7.Chandra Asri/TPIA1697.Unilever/UNVR1697.Unilever/UNVR161
8.Unilever/UNVR1588.Chandra Asri/TPIA1538.Chandra Asri/TPIA151
9.Emtek/EMTK1359.Emtek/EMTK1309.Bank BNI/BBNI124
10.Bank BNI/BBNI12510.Bank BNI/BBNI12510.Emtek/EMTK118

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (17/12/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas, 10 besar saham berkapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp 100 triliun mengalami penurunan. Namun penurunannya cenderung lebih kecil dari saham yang mengalami kenaikan market cap. Hanya satu saham yang market cap-nya cenderung stagnan.

Saham yang mengalami penurunan market cap yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Astra International Tbk (ASII), saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Sedangkan saham yang market cap-nya masih sama dari akhir pekan sebelumnya yakni saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang masih sebesar Rp 125 triliun.

Sementara dari saham yang mengalami kenaikan market cap, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menjadi yang paling besar penguatannya pada akhir pekan lalu, yakni naik sebesar Rp 16 triliun menjadi Rp 169 triliun.

Sedangkan di posisi kedua, ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga melonjak menjadi Rp 915 triliun.

Adapun dari posisinya, saham UNVR tergeser oleh saham TPIA pada akhir pekan lalu, di mana market cap saham UNVR turun signifikan sebesar Rp 11 triliun menjadi Rp 158 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Ada beberapa faktor yang membuat pasar saham Tanah Air kembali tertekan. Pertama adalah bank sentral di sejumlah negara, utamanya negara maju yang semakin 'galak'.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mempercepat pengurangan pembelian aset (quantitative easing/QE) dari sebelumnya US$ 15 miliar per bulan menjadi US$ 30 miliar per bulan. Dengan demikian, program pembelian aset akan berakhir dalam tiga bulan dan setelah itu kemungkinan besar terjadi kenaikan suku bunga acuan.

Sementara itu, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) malah sudah ahead of the curve. Bank sentral pimpinan Gubernur Andrew Bailey itu sudah menaikkan suku bunga acuan dari 0,1% menjadi 0,25%. BoE menjadi bank sentral negara maju pertama yang menaikkkan suku bunga sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Arah kebijakan moneter dunia yang cenderung ketat membuat aset berisiko seperti saham kurang diminati. Kini investor memilih berburu obligasi, yang menawarkan cuan lebih tinggi seiring tren kenaikan suku bunga.

Kedua adalah kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19 yang kembali mengganas. Covid-19 varian Omicron menjadi kekhawatiran baru karena sudah menyebar ke lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.

Di Inggris, varian omicron membuat kasus positif harian melonjak ke 92.503 orang pada Jumat pekan lalu. Ini adalah rekor kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19.

Perkembangan ini membuat pelaku pasar khawatir akan masa depan pemulihan ekonomi dunia. Bukan tidak mungkin dunia akan kembali 'dikunci' untuk meredam penyebaran varian Omicron.

"Bank sentral memberikan sinyal hawkish. Investor juga mencermati varian Omicron yang bisa menyebabkan pembatasan atau penundaan hidup bisa kembali normal," kata Ian Lyngen, Head of US Rates Strategy di BMO Capital Market, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular