Bank Sentral Turki Makin Edan, Inggris "Tak Bisa Diandalkan"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2021 08:16
tayyip erdogan
Foto: Cem Oksuz/Turkish Presidential Palace

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamis kemarin banyak bank sentral di berbagai negara mengumumkan kebijakan moneternya. Mayoritas mengangkat inflasi sebagai isu utama, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) menjadi perhatian utama. Maklum saja, The Fed merupakan bank sentral paling powerful di dunia, keputusannya bisa mempengaruhi pasar finansial global.

Untungnya, pasar menyambut baik keputusan The Fed, sebab sesuai dengan prediksi. The Fed mempercepat laju tapering dan memproyeksikan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.

Kebijakan tersebut diambil sebab inflasi yang sangat tinggi dan perekonomian Amerika Serikat yang kuat.

Berbeda dengan The Fed dan bank sentral lainnya yang menaikkan suku bunga guna meredam inflasi, bank sentral Turki (TCMB) justru agresif memangkas suku bunga saat inflasi super tinggi. Alhasil kurs lira Turki merosot dan terus mencetak rekor terlemah sepanjang sejarah.

"Jika kita melihat dimana posisi lira sekarang itu sesuatu yang gila, tetapi itu merupakan refleksi kebijakan moneter edan yang diterapkan Turki," kata Tim Ash, ahli strategi negara berkembang di Bluebat Asset Management dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International, Selasa (23/11).

Inflasi di Turki pada bulan November mencapai 21,31% year-on-year (yoy) melesat dari bulan sebelumnya 19,89% (yoy) dan menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jebloknya nilai tukar lira menjadi salah satu pemicu tingginya inflasi.

try

Meski nilai tukar lira terus terpuruk, kemarin TCMB justru kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin menjadi 14%. Kurs lira jeblok nyaris 6% melawan dolar AS dan sekali lagi mencatat rekor terlemah sepanjang sejarah di 15,736/US$. Sepanjang tahun ini, nilai tukar lira sudah jeblok 52% dan menjadi mata uang terburuk di dunia.

Hingga saat ini TCMB yang dipimpin Sahap Kavcioglu sudah memangkas suku bunga dalam 4 bulan beruntun dengan total 500 basis poin.

Bukan tanpa alasan TCMB agresif memangkas suku bunga. Kebijakan tersebut bermula dari pandangan Presiden Recep Tayyip Erdogan jika suku bunga tinggi merupakan "biangnya setan". Erdogan mempercayai suku bunga tinggi malah akan memperburuk inflasi.

TCMB pun "asal bapak senang" dan memangkas suku bunga secara agresif. Sebab, jika kebijakan TCMB berbeda dengan pandangan Erdogan, maka gubernurnya akan dipecat.
Setelah memangkas suku bunga 4 bulan beruntun, TCMB mengindikasikan menghentikan sementara periode pemangkan tersebut, dan melihat dampaknya dalam tiga bulan ke depan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Bank Sentral Inggris "Unreliable Boyfriend"

Dalam dua bulan beruntun, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) membuat kejutan. Pada bulan November lalu BoE dibawah pimpinan Andrew Bailey diperkirakan akan menaikkan suku bunga, nyatanya dipertahankan.

Akibat keputusan mempertahankan suku bunga tersebut, Gubernur BoE, Andrew Bailey, diberi label "Unreliable Boyfriend" atau teman yang tidak bisa diandalkan oleh pasar. Sebab sebelumnya memberikan sinyal kuat akan menaikkan suku bunga, tetapi nyatanya tidak.

"Unreliable Boyfriend" sebelumnya juga pernah disematkan ke pendahulu Bailey, yakni Mark Carney.

"Komunikasi yang menyedihkan dari BoE. Bailey pada dasarnya membuat kita bereskpektasi suku bunga akan naik, tetapi pada akhirnya memilih mempertahankan suku bunga," kata Peter Kinsella, kepala analis mata uang di bank UBP Swiss, sebagaimana diwartakan Reuters, Kamis (4/11).

Sementara itu Beiley membela keputusannya mempertahankan suku bunga dengan mengatakan para anggota dewan BoE tidak pernah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dalam rapat kebijakan moneter tertentu, dan masih perlu menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika kinerja ekonomi sesuai ekspektasi.

Setelah ucapan Bailey tersebut, BoE diprediksi akan mempertahankan suku bunga Kamis kemarin, ternyata malah dinaikkan menjadi 0,25% dari rekor terendah 0,1%. 

Inflasi yang tinggi juga menjadi alasan BoE menaikkkan suku bunga. Di bulan November inflasi tumbuh 5,1% (yoy), tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dan jauh di atas target BoE sebesar 2%. BoE juga memprediksi inflasi akan mencapai puncaknya sebesar 6% sekitar bulan April 2022.

"Perkembangan ekonomi terbaru mengindikasikan kondisi yang sudah sesuai untuk menaikkan suku bunga. Pasar tenaga kerja yang ketat dan terus mengetat, serta adanya beberapa tanda kenaikan biaya serta tekanan harga yang persisten, " tulis BoE yang dikutip CNBC International, Kamis (16/12).

Meski suku bunga dinaikkan, bank sentral Inggris masih mempertahankan program pembelian obligasi senilai 875 miliar poundsterling (US$ 1,16 trillun) dan obligasi korporat sebesar 20 miliar poundsterling.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular