
Kacau! Harga Nikel Turun 5 Hari Beruntun, Masa Depan Suram?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel turun menjelang siang hari ini setelah pasar nikel dilaporkan mengalami surplus. Ini merupakan pelemahan untuk lima hari berturut-turut.
Pada Rabu (15/12/2021) pukul 10.56 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 19.522,5/ton, turun 0,14% dibanding harga penutupan hari sebelumnya.
![]() Nikel |
Nikel dunia sudah lima hari beruntun turun dan mencatatkan pelemahan 3,51% point-to-point. Omicron yang semakin menyebar jadi penyebab harga nikel lesu.
Investor menjadi lebih berhati-hati karena banyak negara mulai menerapkan pembatasan mobilitas masyarakat yang ketat.
Di samping itu, pasar nikel global dilaporkan mengalami surplus pada bulan Oktober.
Mengutip laporan International Nickel Study Group (INSG) pasar nikel global mengalami surplus 5.000 ton pada bulan Oktober. Jumlah ini meningkat dari defisit 3.100 ton pada bulan September.
Surplus didapatkan dari konsumsi nikel olahan sebesar 224.300 ton, lebih besar dari produksi 224.800 ton.
Periode Januari-Oktober 2021, nikel mengalami defisit 165.500 ton dibandingkan surplus 88.500 ton pada periode yang sama tahun 2020.
Defisit terjadi karena konsumsi sebesar 2.307.900 ton lebih besar dari produksi sebesar 2.142.400 ton.
Chen Ruirui, analis Antaike, memperkirakan neraca pasokan nikel akan bergerak dari dari defisit 25.000 ton pada tahun 2021. Namun pada tahun 2022 akan menjadi surplus 45.000 ton tahun 2022.
Sementara itu Nornickel, produsen paladium dan nikel kadar tinggi terbesar di dunia memperkirakan pasar nikel akan mengalami surplus 59.000 ton tahun 2022 dalam scenario kasus dasar.
Namun, permintaan nikel jangka panjang akan diuntungkan dari kemajuan sektor kendaraan listrik yang didorong oleh insentif pemerintah di seluruh dunia.
Skenario tersebut memperkirakan konsumsi nikel dalam baterai tumbuh di atas 1 juta ton pada tahun 2030. Perkiraan ini mungkin memerlukan revisi lebih lanjut mengingat adopsi netralitas karbon yang lebih ambisius oleh negara di dunia.
"Rantai nilai baterai membutuhkan unit nikel karbon rendah, yang kemungkinan akan mengalami defisit mengingat laju elektrifikasi yang diproyeksikan. Selain itu, peran penting nikel sebagai logam penting untuk ekonomi rendah karbon semakin ditingkatkan dengan penggunaannya yang terus meningkat dalam energi terbarukan," kata Nornickel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Nikel Jatuh Nyaris 1%, Ada Apa ini?